Sementara itu, peletakan batu pertama dilakukan oleh putra pertama Rook Maker yang saat itu masih berusia 6 tahun.
6. Memakan biaya 3.000 Gulden
Biaya yang dibutuhkan dalam pembangunan Jam Gadang ini terbilang sangat besar jika dilihat dari masa pemerintahan Belanda. Memakan biaya sekitar 3.000 Gulden.
Hal tersebut menjadikan Jam Gadang sebagai pusat perhatian dari setiap orang yang kemudian menjadikan Jam Gadang ini sebagai penanda atau markah tanah dan juga titik nol Kota Bukittinggi.
BACA JUGA:Kamu Harus Tahu! Ini Urutan 5 Perusahaan Pemilik Aset Bitcoin Terbanyak di Dunia
7. Terakhir direnovasi pada tahun 2010
Pada tahun 2010, dilakukan renovasi pada Jam Gadang.
Renovasi ini dilakukan oleh Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI) dengan dukungan pemerintah kota Bukittinggi dan Kedutaan Besar Belanda di Jakarta.
Diresmikannya renovasi ini bertepatan pada ulang tahun kota Bukittinggi yang ke-262, yakni pada tanggal 22 Desember 2010.