Ilmu inilah yang dulunya masih dipertahankan oleh Sabdo Palon dan Naya Genggong, yang dikenal dengan Agama Budi. Demi keyakinan ini juga, kedua punakawan ini rela meninggalkan pengabdian mereka kepada Prabu Brawijaya V.
BACA JUGA:Istri Idaman, Wanita dengan Tanggal Lahir Berikut Tipe Setia dan Tidak Banyak Menuntut
Ramalan Sabdo Palon dan Naya Genggong Jadi Nyata
Sabda Palon dan Naya Genggong juga meninggalkan sejumlah ramalan, di antaranya adalah kehadiran penjajah Belanda yang diibaratkan sebagai sosok “kebo bule mripat sliwer.”
Ramalan ini menjadi nyata dengan kedatangan Belanda pada 1602 yang dipelopori oleh Cornelis de Houtman yang kemudian menjajah Indonesia.
Kemudian Sabdo Palon dan Naya Genggong juga mengatakan soal kemunculan agegaman kawruh atau agama kawruh.
Dalam pengertiannya, kawruh berasal dari kata dasar dalam bahasa Jawa, yaitu weruh yang berarti mengetahui yang kemudian diartikan sebagai ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang lebih bersifat sekulur.
BACA JUGA:Kebiasaan Tidak Biasa Orang Kaya, Baca Buku 1.000 Halaman per Hari dan Berselancar Pagi Hari
Sedangkan wujud ramalan lainnya di masa sekarang adalah pada perkembangan aliran kepercayaan yang diramalkan terjadi pada 500 tahun setelah runtuhnya Kerajaan Majapahit, 500 tahun tersebut terhitung sejak 1400 Sakadan jatuh pada 1978.