"Dengarlah, nak. Tidak ada penambahan tulang apa pun dalam tubuh manusia selama 10 tahun terakhir ini. Demikian pula halnya, tidak ada penambahan apa pun dalam kodrat manusia selama 10.000 tahun terakhir ini," ujar penjual buku menjawab pertanyaan pelajar itu.
Mendengar cerita Abu Nawas, semua santri tampak diam, suasana pun masih hening.
BACA JUGA:Lima Komisioner KPU Kabupaten/Kota Terpilih Dilantik Sore Ini di Jakarta
Kemudian hal lainnya membuat santri Abu Nawas protes, karena seringnya sang guru membuat lelucon.
Setiap kali mengajar hampir selalu ada gelak tawa dalam setiap ia bicara. Hal itu rupanya juga mengganggu sebagian santri yang sangat ingin serius tentang spiritualitas dan diri mereka.
"Guru ini seperti badut," ujar seorang santri lainnya.
"Oh tidak. Kamu salah tangkap. Seorang badut membuat kamu menertawainya, seorang guru membuat kamu menertawai diri sendiri," sanggah santri lainnya.
BACA JUGA:Tradisi Tiwah Masyarakat Dayak, Jenazah yang Sudah Dikubur akan Digali Kembali
Abu Nawas mendengar dialog antara santrinya dengan tersenyum. Abu Nawas tidak terganggu sama sekali dengan santrinya itu.