Orang-orang semacam ini secara umum diabaikan oleh para sufi, sebab mereka belum mencapai tahapan dimana mereka menyadari bahwa mereka telah menjadi tawanan tirani yang jauh lebih buruk (yaitu dari Pendosa-Tua) daripada apa pun yang bisa dirancangkan bagi mereka di sebuah madrasah mistik.
BACA JUGA:Abu Nawas Minum Racun karena Bekerja dengan Orang Pelit
Meskipun demikian, terdapat satu lelucon Nashruddin yang secara tegas menunjukkan hal ini: "Aku mendengar suara seorang gelandangan di ruang bawah," bisik istri Nashruddin kepadanya di suatu malam.
"Jangan bersuara!" jawab Nashruddin, "kita tidak memiliki apa pun yang layak dicuri. Dengan sedikit keberuntungan, mungkin ia justru akan meninggalkan sesuatu."
BACA JUGA:Semoga Bukan Anda, Tanggal Lahir Berikut Katanya Pelit dan Perhitungan dengan Orang Tua
Nashruddin, sebagai gelandangan karena banyak rumah kosong, selalu meninggalkan sesuatu -- jika si penghuni bisa mengenalinya. Dalam sufisme, cara-cara praktis bagi pengajaran adalah penting.
Hal ini sebagian karena sufisme merupakan suatu upaya aktif; sebagian karena, meskipun orang-orang menunaikan kebenaran sekadar penghormatan manakala dikatakan kepada mereka, realitas kebenaran biasanya tidak jauh memasuki fakultas diskursif mereka.
BACA JUGA:Jika Kamu Pemilik Shio Berikut, Kamu Cocoknya Berbisnis, Peluang Cuannya Lebih Besar
Nashruddin tengah menambal atap rumahnya ketika seseorang memanggilnya untuk turun ke jalan. Ketika turun, ia bertanya kepada orang tersebut tentang apa yang ia inginkan. "Uang," jawabnya. "Mengapa engkau tidak mengatakannya ketika memanggilku di atas?" ucap Nashruddin.