Sesuai kesepakatan panitia dengan peserta upacara, omed-omedan akan berakhir jika peserta sudah mulai kelihatan letih, dan hari sudah menjelang sore, maka di sanalah petugas akan menghentikan upacara tersebut. Biasanya acara ini akan dimulai pada pukul 14.00 WITA kemudian berakhir pada jam 17.00 WITA.
BACA JUGA:Rinci, Ulasan Tentang Dajjal, Yajuj dan Majuj serta Turunnya Nabi Isa Sebagai Tanda Kiamat
Tradisi omed-omedan memang punya makna mendalam, yaitu untuk menjalin silaturahmi. Dengan melakukan tradisi ini, diharapkan hubungan antara anak muda di Banjar Kala, dapat semakin erat.
Tradisi juga memiliki hubungan yang erat dengan rangkaian Hari Raya Nyepi karena sebagai ajang masima karma atau meningkatkan rasa persaudaraan.
Tradisi omed-omedan dipercaya mulai dilakukan sekira abad ke-17 yang berawal ketika raja dari Puri Oka Sesetan sedang sakit keras saat menjelang Hari Raya Nyepi.
Kala itu tidak ada seorang pun tabib yang mampu menyembuhkan Sang Raja, dirinya kemudian beristirahat di kamarnya.
Sehari setelah Hari Raya Nyepi, masyarakat menggelar permainan omed-omedan, saking antusiasnya suasana di depan puri sangat gaduh. Dengan berjalan terhuyung-huyung raja keluar dan melihat warganya yang sedang rangkul-rangkulan.
BACA JUGA:Jangan Takut Bila Hewan Ini Bersuara Malam Hari, Gus Baha: Langsung Berdoa Karena Malaikat Datang
Kemudian terjadi keanehan ketika melihat masyarakatnya mengadakan permainan itu, tiba-tiba raja tidak lagi merasakan sakit dan sehat seperti sedia kala. Beliau kemudian bersabda, mulai hari itu keramaian omed-omedan harus terus dilaksanakan setiap tahun sekali, yaitu sehari setelah Hari Raya Nyepi.