9 Naga dan Gang Of Four, Kelompok Pengusaha Penguasa Bisnis di Indonesia, Benarkah?

Senin 11-09-2023,00:14 WIB
Reporter : Tim

Bisnisnya bergerak di sektor manufaktur dan ekspor-impor. Sekali waktu di tahun 1963, Salim yang memang dekat dengan Soeharto, dipanggil ke kediaman Jenderal itu di Menteng. 

Kebetulan, Dwi sedang piket menjaga rumah Soeharto yang kebetulan masih sepupunya.

Dwi, sebagaimana dipaparkan Richard Borsuk dan Nancy Chng dalam Liem Sioe Liong's Salim Group (2014), melihat Salim berbincang dengan saudaranya itu selama satu jam. 

 

BACA JUGA:Pengusaha Muda Usia Minimal 21 Tahun Bisa Ajukan KUR Rp 500 Juta ke Bank Mandiri

 

Saat hendak pulang, Salim tiba-tiba meminta Dwi datang ke kantornya di Jl. Asemka esok hari. “Keesokan harinya, saya bertemu dengan Om Liem. Dia meminta saya untuk bergabung dalam bisnisnya karena Pak Harto telah mengusulkan nama saya. Saya ditawari gaji bulanan Rp 1 juta dan saham di perusahaan," tutur Dwi kepada Richard Borsuk dan Nancy Chng.

Dwi terkejut. Dia jelas bak tertimpa durian runtuh karena tidak pernah mendapat uang sebanyak itu. Sebelumnya, ia hanya pegawai biasa dengan gaji Rp. 400 rupiah. 

Jelas, dia menerimanya. Belakangan, Pak Harto memaparkan kalau alasan penunjukan itu karena Salim belum jadi orang Indonesia. Akibatnya, dia susah mendapat pinjaman. Maka, untuk mengatasi ini Soeharto menunjuk Dwi sebagai jaminan.

Dwi tak bisa menolak. Alhasil, dia menerima permintaan dan masuk ke dalam perusahaan milik yayasan Soeharto, PT. Hanurata, dalam bentuk saham 10 persen. Sejak saat itu, hubungan Salim-Dwi semakin erat.

 

BACA JUGA:Jusuf Hamka, Pengusaha Jalan Tol yang Menjadi Mualaf dengan Bimbingan Buya Hamka

 

Awal Tercipta 'Gang of Four'

 

Pada tahun 1966, ada perusahaan bernama Kongsi Bintang Lima yang dekat dengan militer. Karena bersentuhan dengan militer, maka sudah pasti Soeharto terlibat. 

Kategori :