Singkat cerita, Bintang Lima mengalami pecah kongsi. Seorang taipan bernama Djuhar Sutanto yang memiliki peran penting di perusahaan diperkenalkan ke Salim oleh Soeharto. Keduanya cocok dan memiliki pandangan sama dalam bisnis.
Dua tahun kemudian, Salim dan Dwi bertemu dengan Djuhar. Kemudian, Djuhar dan Liem mengambil alih CV Waringin dan mengubahnya menjadi Perseroan Terbatas.
Saat itu, kedua taipan itu belum jadi warga negara Indonesia. Jadi, untuk urusan administrasi, keduanya menggunakan nama Sudwikatmono dan pegawai Waringin, bernama Ibrahim Risjad.
Dari sinilah awal mula 'Gang of Four' terbentuk. Kegiatan utama Waringin adalah perdagangan kopi dan produk primer serta memproduksi karet remah di Sumatera.
BACA JUGA:Menurut Primbon Jawa, 3 Tanggal Lahir Ini Tidak Cocok Jadi Pengusaha, Ini Penyebabnya
Ketika Liem dan Djuhar sudah menjadi WNI dan Soeharto resmi jadi presiden, bisnisnya semakin tancap gas. Mulanya mereka berbisnis tepung melalui PT. Bogasari.
Lalu, keempatnya kemudian tergabung dalam Salim Group dan menduduki jabatan penting. Mereka terlibat dalam pendirian Indocement, Indomilk, Indofood, Indomobil, dan Indomaret. Sektor-sektor bisnis di perusahaan ini kemudian menguasai pasar Indonesia.
Karena dibekingi Soeharto, bisnisnya pun semakin jaya. Masing-masing dari mereka pun kemudian mendirikan gurita bisnisnya tersendiri, tanpa melupakan bisnis intinya di Salim Group.
Aquan, God Father 9 Naga?
Bos Agung Sedayu Group (ASG), Sugianto Kusuma alias Aguan telah resmi dicekal Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Ia dicekal untuk berpergian ke luar negeri dalam durasi setengah tahun ke depan.
Tujuannya tidak lain ialah guna memudahkan penyidik KPK melakukan penyidikan kasus dugaan suap pembahasan Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) Rencana Zonasi Pesisir Pulau-Pulau Kecil (RWZP3K).
Lantas, siapa sesungguhnya sosok Aguan? Berdasarkan penelusuran, nama Aguan pertama kali tenar di tahun 1970-an kala diduga terlibat kasus penyelundupan barang elektronik via Palembang, Sumatera Selatan.