Penduduk asli adalah suku Enggano, yang terbagi menjadi enam puak asli (penduduk setempat menyebutnya suku). Semuanya berbahasa sama, bahasa Enggano. Suku atau Puak Kauno yang mulai menempati tempat ini pada zaman Belanda (sekitar tahun 1934).
BACA JUGA:Buah Tanaman Liar. Anak Kampung Usia Diatas 35 Tahun Pasti Tahu
Di Pulau Enggano masyarakat terbagi atas sukusuku dimana masing-masing suku dikepalai seorang Ketua Suku. Penduduk asli Pulau Enggano terdiri dari Suku Kauno, Suku Kaahoao, Suku Kaharuba, Suku Kaitaro, Suku Kaaruhi, dan Suku Kaamay.
Masyarakat masih teguh memegang adat istiadat peninggalan nenek moyang. Beberapa ketentuan adat yang ada antara lain larangan menebang pohon bakau, larangan membuka kebun yang berjarak lebih dari 3 km dari jalan utama, dan budaya menangkap penyu pada saat pesta pernikahan dan pesta adat lainnya.
Menurut struktur adat masyarakat Pulau Enggano, ada pemimpin tertinggi dari suku-suku yang ada yang disebut Paabuki yaitu pemimpin tertinggi dai lembaga adat masyarakat. Pemimpin tertinggi ini dipilih oleh kepala-kepala suku yang ada dan menjabat selama 6 bulan.
BACA JUGA:Seru, Jajal Wisata Lubuk Resam hingga Nikmati Pemandian Air Panas Suban
Nilai budaya masyarakat Pulau Enggano sangat dipengaruhi oleh budaya Islam. Sebagian besar masyarakat Pulau Enggano beragama Islam (55,3%), dan yang lainnya beragama Kristen (44,7%). Kondisi kerukunan antar umat beragama sangat baik sehingga tidak pernah terjadi konflik horizontal. Jumlah masjid dan gereja di Pulau Enggano 12 buah, masing-masing desa memiliki satu masjid dan satu gereja.
Transportasi antar desa menggunakan kendaraan angkot carteran dan ojek motor. Sarana transportasi yang mendukung pergerakan internal penduduk dan perekonomian adalah jalan raya sepanjang 35,5 km dengan lebar 4 meter, sedangkan sisanya 18 km masih merupakan jalan tanah.
BACA JUGA:Cegah Gangguan Kamtibmas, Kapolresta Turun Tangan
Jalan raya ini menghubungkan Desa Banjarsari, Malakoni, Kaana dan Kahyapu. Untuk mengantisipasi kebutuhan sarana perhubungan ke depan, tersedia lahan untuk lapangan terbang seluas 310 ha yang terletak di Desa Banjarsari namun sampai saat ini belum dikembangkan.
Masyarakat juga belum tersentuh oleh keberadaan sarana air bersih seperti PAM. Untuk kepentingan sehari-hari, masyarakat mengandalkan sumber air bersih dari sungai-sungai dan sumur galian. Untuk kepentingan penerangan terdapat PLTS sebanyak 443 unit dan fasilitas penerangan listrik kantor Pelabuhan Kahyapu menggunakan generator yang berfungsi hanya pada saat tertentu saja. Fasilitas pelayanan telekomunikasi juga belum tersedia, hanya Radio SSB yang berada di kantor Kecamatan Enggano.
BACA JUGA:Pupuk Mahal, Produksi Sawit Februari hingga Agustus Dikhawatirkan Turun
Potensi Sumberdaya Alam
Potensi sumberdaya kelautan dan perikanan yang dominan adalah perikanan tangkap, dengan potensi lestari wilayah perairan sebesar 3468,97 ton. Jenis sumberdaya ikan yang terdapat di wilayah perairan laut dapat dikelompokkan menjadi lima kelompok besar yaitu ikan pelagis besar (cakalang, tongkol, tenggiri, madidihang, tuna albakor, layaran dll), pelagis kecil (kuwe, selar, belanak, kembung), udang (udang penaid, lobster), demersal (kakap merah, pari, kerapu, bawal, ekor kuning), dan ikan karang (Chaetodon reticulatus, C. barronesa, C. vagabundus, Zanclus cornutus dan Paracanthurus hepatus).
Untuk melakukan penangkapan ikan, nelayan Enggano menggunakan armada perahu tanpa motor dan perahu dengan motor tempel. Sedangkan alat penangkapan ikan yang digunakan antara lain jaring insang, trammel net, pukat payang, rawai, pancing toda, jala, dan pancing ulur.
BACA JUGA:Angggaran Rumah Singgah Pemkot Cuma Segini, Jauh dari Surabaya dan Bandung