NASIONAL, RBTVCAMKOHA.COM - Di aliran sungai Mahakam, Kalimantan Timur, terdapat sebuah cerita rakyat yang dikenal sebagai legenda Pesut Mahakam. Legenda Pesut Mahakam dimulai pada zaman dahulu di sebuah desa kecil. Desa ini berada di tepian sungai Mahakam, di tengah-tengah hutan Kalimantan yang rimbun. Di dalam sungai yang luas dan dalam ini, hiduplah seekor pesut yang dipercaya memiliki kekuatan magis.
Pesut ini memiliki penampilan fisik yang sangat menarik dengan tubuh silver putih dan melengkung yang membuatnya tampak begitu elegan. Namun, yang paling menarik dari pesut ini adalah kemampuannya untuk berubah wujud menjadi manusia. Cerita rakyat ini diyakini oleh sebagian masyarakat hingga kini.
BACA JUGA:Awal Mula Pertemuan Lutung Kasarung dan Putri Purbasari, Siapa Sebenarnya Lutung Kasarung
Pesut Mahakam adalah salah satu hewan endemik yang banyak ditemukan di Kalimantan Timur. Pesut ini adalah salah satu dari sejenis hewan mamalia yang mirip dengan lumba-lumba. Di Kalimantan Timur, Pesut Mahakam ini bahkan dijadikan sebagai maskot provinsi Kalimantan timur. Hal ini karena pesut ini berada di sepanjang aliran Sungai terpanjang di Kalimantan.
Meski sangat terkenal dan sampai menjadi maskot. kini keberadaan Pesut Mahakam dianggap semakin berkurang dan masuk kedalam daftar hewan yang terancam punah. Terutama karena habitatnya tergangu dengan aktivitas manusia. Lantas seperti apa cerita lengkap dari Pesut Mahakam yang ada di Kalimantan Timur ini?
Cerita ini diawali pada suatu desa hiduplah sepasang suami istri bersama dengan dua orang anaknya. Mereka memiliki seorang anak laki-laki dan anak perempuan. N ama si suami adalah Pak Pung. Ia hidup dan mencari nafkah sebagai seorang petani dan menangkap ikan.
Mereka hidup dengan damai dan bahagia. Namun, suatu hari istri Pak Pung mengalami sakit. hingga pada akhirnya sang istri meninggal dunia. Pak Pung akhirnya hidup bertiga dengan kedua anakanya dirumah.
BACA JUGA:Kisah Cerita Si Timun Mas yang Selamat dari Kejaran Raksasa
Pekerjaannya pun menjadi kian berat, lantaran di samping bekerja mengolah ladang serta meencari ikan. Pak pung juga harus mengurus kedua orang anaknya. Semakin hari Pak Pung merasa semakin terbebani, hingga tiba pada suatu hari, diadakannya sebuah pesta panen besar-besaran di kampung tersebut. Karena hasil yang melimpah, semua warga sangat senang termasuk Pak Pung.
Pada saat itu, Pak Pung turut bergembira bersama dan menari bersama seorang gadis cantik. Tanpa sadar Pak Pung mulai timbul rasa perasaan suka dan jatuh cinta kepada gadis tersebut di dalam hatinya. P ak Pung melamar gadis tersebut untuk menikah. Dan ternyata, lamarannya diterima. Sang Gadis bersedia menjadi istri Pak Pung.
Pak Pung pun hidup bersama tanpa merasa kesepian lagi. Mereka hidup rukun dan bahagia sebagai sepasang keluarga bersama dengan dua orang anak Pak Pung. Namun kebahagiaan itu tak bertahan lama. Semakin hari, sifat buruk dari sang istri semakin terlihat. Terutama kepada anak-anak tirinya, ia selalu berkata kasar. Ia juga sering menghukum anak-anak tersebut dan tidak memberinya makan.
Kedua anak itu juga disuruh untuk mencari kayu bakar di hutan. Jika kayu yang mereka bawa kurang. mereka harus tidur di hutan sampai kayu bakarnya sesuai dengan yang ibu tirinya inginkan. Pada suatu hari kedua anak itu tidak mencapai target kayu bakar yang telah diminta iburnya. Akibatnya mereka harus tidur di hutan malam itu.
Malam itu mereka pun kelaparan di dalam hutan. Namun tiba-tiba, mereka bertemu dengan seorang kakek tua. Kakek tersebut mengajak kedua anak tersebut untuk pergi ke arah utara. Di sana terdapat sebuah pohon yang penuh dengan buah-buahan yang sudah matang. Anak-anak diperbolehkan untuk mengambil sebanyak mungkin buah yang mereka inginkan, namun hanya boleh sekali saja dan tidak tidak boleh lagi Kembali setelah selesai mengambilnya.
BACA JUGA:Tidak hanya Elok, Seperti Ini Cerita Rakyat tentang Gunung Tangkuban Perahu
Sayangnya, kedua anak tersebut lupa akan aturan itu dan kembali lagi mengambil buah tersebut. Keesokan harinya, keduanya pun pulang ke rumah. Namun betapa terkejutnya mereka, sesampai di kampung, mereka tidak dapat menemukan kedua orang tua mereka.