Dalam ayat ini ditegaskan siapakah orang yang dapat memberimu rezeki selain dari Allah, apabila Dia memutuskannya darimu. Dengan kata lain, tiada seorang pun yang dapat memberi, mencegah, menciptakan, memberi rezeki, dan yang menolong selain dari Allah SWT semata, tiada sekutu bagi-Nya. Mereka mengetahui hal ini, tetapi mereka menyembah selain-Nya.
BACA JUGA:Sebelum Beraktifitas di Pagi Hari, Coba Amalkan Dzikir Berikut Agar Rezeki Makin Berlimpah
3. Surat Ibrahim Ayat 7
“Wa idz ta adzana rabbukum lain syakartum la aziidannakum walain kafartum inna ‘adzaabii lasyadiid.”
Artinya: Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.”
Dalam ayat ini Allah SWT kembali mengingatkan hambaNya untuk senantiasa bersyukur atas segala nikmat yang telah dilimpahkanNya. Bila mereka melaksanakannya, maka nikmat itu akan ditambah lagi oleh-Nya. Sebaliknya, Allah juga mengingatkan kepada mereka yang mengingkari nikmat-Nya, dan tidak mau bersyukur bahwa Dia akan menimpakan azab-Nya yang sangat pedih kepada mereka.
BACA JUGA:Belum Terungkap dan Masih Menjadi Misteri, Ini Beberapa Lokasi yang Dipercaya Tempat Yajuj Majuj
4. Surat Ibrahim ayat 34
“Wa ātākum ming kulli mā sa`altumụh, wa in ta’uddụ ni’matallāhi lā tuḥṣụhā, innal-insāna laẓalụmung kaffār.”
Artinya: “Dan Dia telah memberikan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).”
Telah dijanjikan rezeki oleh Allah SWT apabila mengerjakannya dengan sungguh-sungguh. Namun, tidaklah pantas jika kita menghitung apa saja dan jumlah nikmat yang diberikan oleh-Nya. Karena hal itu sama saja tidak mensyukuri dan termasuk perbuatan zalim.
BACA JUGA:Bukan karena Manusia, Kelak Yajuj Majuj akan Binasa oleh Mahluk Kecil Ini
5. Surat An-Najm ayat 39-41
Ayat 39
“Wa allaisa lil-insāni illā mā sa’ā.”
Artinya: “dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya,”