Di sisi lain, kelembagaan petani belum kuat karena belum menyatu dalam koperasi atau kelompok petani. Akibatnya, akses terhadap perbankan untuk permodalan dan akses terhadap Badan Pertanahan Nasional untuk legalitas lahan menjadi terbatas.
BACA JUGA:Bantuan Rp 1 Juta, hanya 2 Kategori Pelajar yang Menerima, Segera Aktivasi Rekening
Penyebab lainnya yang tidak kalah penting, soal penggunaan pupuk. Saat ini banyak petani sawit tidak menggunakan pupuk secara tepat. Alasannya, karena harga pupuk yang sangat tinggi. Dibandingkan awal tahun 2022, kenaikan harga pupuk sudah mencapai 300 persen.
Karena harga sangat mahal, para petani harus mengurangi takaran penggunakan pupuk. Sebagian lagi menggunakan pupuk alternatif seperti pupuk organik, bahkan juga tidak sama sekali tidak melakukan pemupukan.
BACA JUGA:INFO 2023! Ini Biaya Pembuatan BPKB dan STNK Baru untuk Motor dan Mobil
Dampak penggunaan pupuk yang tidak tepat atau malah tidak melakukan pemupukan sama sekali akan terlihat dalam kurun waktu enam hingga 12 bulan. Tahun ini, karena harga pupuk masih tinggi dan petani tidak bisa memenuhi kebutuhan pupuk, diprediksikan akan terjadi penurunan produksi serentak. Perkiraannya, penurunan produksi serentak tersebut terjadi pada bulan Februari hingga Agustus nanti.
Tim Liputan