NASIONAL, RBTVCAMKOHA.COM - Ada dua jenis sistem pembayaran tukang bangunan: Tukang harian dan borongan. Dengan harian, pembayaran upah pekerja dihitung per hari. Standar bayaran di Jakarta misalnya adalah Rp 150 ribu per orang per hari. Namun, sistem pembayaran harian cenderung membuat tukang bangunan lambat dalam bekerja.
Proses pengerjaan rumah jadi tertunda, dan pengguna jasa biasanya jadi malah harus mengeluarkan uang lebih banyak lagi.
BACA JUGA:Jasa Tukang Harian atau Tukang Borongan, Mana yang Lebih Hemat? Simak Simulasi Perhitungannya
Sementara pada pembayaran dengan sistem borongan, biasanya kedua belah pihak (pengguna jasa dan tukang bangunan) menyepakati bersama apa saja yang harus dikerjakan sampai selesai.
Misalnya, tukang bangunan diminta untuk membuat garasi dan upah disepakati Rp 1 juta. Maka, tak peduli berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk merampungkan garasi itu, upah tetap sama.
Dibandingkan dengan sistem harian, sistem borongan cenderung lebih cepat dalam pengerjaan. Namun kualitas pekerjaan kadang kurang bagus.
BACA JUGA:7 Tips Memilih Jasa Tukang Borongan atau Harian, Jangan Salah Pilih
Nah, selain jenis proyek, ada beberapa tips memilih tukang harian atau borongan yang perlu kamu ketahui, seperti dikutip dari siaran pers resmi dari aplikasi berikut ini.
1. Jenis Proyek
Dilihat dari jenis proyek, bila proyek relatif kecil dan sederhana, seperti renovasi ruangan atau perbaikan rumah, mungkin lebih tepat memilih tukang harian.
Namun, jika proyeknya lebih besar, seperti membangun hunian baru atau bangunan komersial, mempekerjakan tukang borongan untuk mengelola proyek secara keseluruhan bisa jadi lebih efisien.
BACA JUGA:Pakai Jasa Tukang Harian atau Borongan Saat Bangun Rumah? Ini Perbandingannya
2. Biaya
Anggaran jadi pertimbangan selanjutnya saat memutuskan memilih tukang harian atau borongan. Tukang harian relatif lebih murah dibandingkan tukang borongan karena mereka hanya dibayar berdasarkan jumlah jam kerja.
Namun, jika proyeknya besar, tukang borongan mungkin lebih efisien karena mereka menerapkan strategi penghematan biaya atau waktu, misalnya dari penggunaan bahan bangunannya.