Perjalanan penemuan tenaga matahari dimulai saat Alexandre Edmond Becquerel melakukan eksperimen pada tahun 1839. Dalam penelitiannya, ia mencoba menyinari dua elektroda dengan berbagai jenis cahaya, termasuk cahaya api dan cahaya lainnya. Namun sayangnya, hasil yang diharapkan belum berhasil ditemukan pada waktu itu.
Setelah 34 tahun berlalu, tepatnya pada tahun 1873, Willoughby Smith, seorang ilmuwan, menemukan penggunaan selenium sebagai elemen photo conductivity. Temuan ini membawa angin segar dan harapan bahwa energi dapat dihasilkan melalui cahaya.
Terinspirasi dari Alexandre Edmund Becquerel, pada tahun 1876, William Grylls dan muridnya, Richard Evans Day, mengungkapkan bahwa selenium dapat langsung mengubah energi matahari menjadi listrik tanpa menggunakan bagian bergerak atau panas.
BACA JUGA:Beberapa Nama Tenar Ini Disebut Sebagai Sosok Zulkarnain yang Membentengi Yajuj Majuj
Dan pada tahun 1883, Charles Fritz melakukan penelitian dengan melapisi lapisan emas yang sangat tipis pada semikonduktor selenium. Namun, photovoltaic yang dibuatnya hanya menghasilkan efisiensi kurang dari 1%.
Perkembangan terus berlanjut, meskipun membutuhkan waktu yang cukup lama. Penelitian kali ini berhubungan erat dengan penemuan dari Albert Einstein mengenai efek Fotolistrik.
Kemudian, pada tahun 1927, teknologi photovoltaic (tenaga surya) berevolusi dengan menggunakan tembaga dan semi konduktor copper oxide yang dirancang secara baru.
BACA JUGA:3 Negara di Asia Ini Disebut Tempat Dajjal Menunggu Waktu Datangnya Kiamat
Namun, meskipun kombinasi ini memberikan peningkatan, namun ke efisiensinya masih kurang dari 1%. Pada tahun 1941, seorang peneliti bernama Russell Ohl berhasil membuat terobosan baru dengan mengembangkan sel surya modern yang menjadi dasar bagi panel surya saat ini.
Materi yang digunakannya adalah semi konduktor berjenis silicon yang memberikan efisiensi sekitar 4%. Gagasan ini mendorong ilmuwan dari berbagai negara untuk berperan aktif dalam mengembangkan teori ini dengan mengacu pada teori Einstein.
Pada tahun 1954, tim insinyur dari Pihak Bell Laboratories berhasil menemukan sebuah lembaran yang sangat cocok digunakan sebagai dasar panel surya. Penemuan ini dilakukan oleh Gerald Pearson, Daryl Chapin, dan Souther Fuller secara tak sengaja, mereka menemukan bahwa silicon yang dicampur dengan unsur-unsur dalam logam utama yang diekstraksi, ternyata merespons cahaya dengan sangat baik.
BACA JUGA:Di Mana Dajjal akan Muncul? Ada 4 Tempat Diduga Lokasi Keluarnya Dajjal, Irak Paling Banyak Disebut
Hal ini menjadi penemuan yang sangat luar biasa, karena penemuan mereka ini menjadi landasan bagi penggunaan dan pengembangan teknologi panel surya hingga sekarang.
Hingga saat ini, pemanfaatan sumber energi dari matahari terus berjalan. Energi ini digunakan dalam berbagi faktor seperti pembangkit listrik untuk industry manufactur, industri pangan, otomotif, kesehatan dan lain-lain.
BACA JUGA:Indro Don’t Know? Kasih No! Video Singkat dengan 29 Juta kali Ditonton Tempo 11 Hari
Nah, itulah informasi mengenai sejarah dari panel surya yang digunakan sebagai alat pengubah cahaya matahari menjadi energi listrik. Meskipun masih ada beberapa tantangan yang perlu diatasi, panel surya terus berkembang dan menjadi pilihan utama dalam memenuhi kebutuhan energi di masa depan.