Penemuan peninggalan purbakala tersebut dilaporkan oleh seorang warga, dan sejak tahun 1979 penelitian dilakukan oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.
Badan tersebut telah melakukan ekskavasi (penggalian) pada teras 4 dan 5 di Gunung Padang.
Peninggalan Zaman Mengalitikum
Menurut penelitian yang telah dilakukan, ditemukan fakta bahwa Gunung Padang merupakan sebuah situs dengan bentuk berundak yang menarik perhatian.
Menurut beberapa sumber, situs ini merupakan peninggalan masa prasejarah, khususnya zaman megalitikum atau zaman batu besar.
BACA JUGA:Berikut 15 Aplikasi Pinjol Resmi OJK yang Ada DC Lapangan, Jangan Sampai Gagal Bayar
Buktinya terlihat banyaknya peninggalan bebatuan yang digunakan sebagai tempat pemujaan.
Tempat pemujaan ini masih tegak berdiri hingga saat ini, meskipun mengalami kerusakan baik secara internal maupun eksternal. Kerusakan internal terjadi akibat pertumbuhan tumbuhan liar dan erosi.
Sementara itu, kerusakan eksternal disebabkan oleh aktivitas wisata yang tidak terkendali, vandalisme, serta adanya orang yang duduk atau memukul batu-batu tersebut.
Faktor-faktor tersebut menyebabkan banyak batu punden yang menjadi aus, lepas, miring, retak, patah, bahkan ada yang jatuh ke lereng dan kaki bukit.
BACA JUGA:4 Jenis Sanksi Kepala Sekolah yang Tidak Terapkan Aturan Model Seragam Nasional Tahun 2024
Kompleks Pundek Berundak Terbesar di Asia Tenggara
Ternyata, kompleks punden berundak terbesar di Asia Tenggara adalah Gunung Padang. Situs ini memiliki lima teras dengan ukuran dan batuan yang berbeda-beda.
Diprediksikan bahwa pembangunan gunung ini berlangsung selama beberapa periode, kira-kira antara 5.000 SM sampai mungkin lebih dari 20.000 SM.
Batuannya terbuat dari andesit yang panjangnya sekitar satu meter dan berbentuk tiang-tiang. Setiap teras di Gunung Padang memiliki fungsi sendiri.
Teras pertama adalah yang terluas dan terdiri dari batuan paling banyak, namun jumlahnya semakin berkurang menuju ke bagian atas.