Banyak pembangunan provinsi Sumatera Selatan yang dilaksanakan di pinggir wilayah Banyuasin persis berbatasan dengan wilayah kota Palembang dengan tujuan untuk mendukung pembangunan di Palembang, seperti sarana LRT, sekolah, Dermaga pelabuhan tanjung api-api.
Di mana terdapat dua desa kecil yang terletak di Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, menarik perhatian karena menyimpan potensi tambang batu bara yang besar.
Potensi ini ditemukan setelah dilakukan survei dan penelitian yang menyeluruh, hasilnya mengungkapkan bahwa kedua desa ini memiliki cadangan batu bara sebanyak 79 juta ton.
BACA JUGA:Segini Luas Harta Karun Tambang Nikel di Kalimantan Utara yang Resmi Serta Miliki IUP
Kabupaten Banyuasin sendiri terletak di bagian selatan Sumatera Selatan, sebuah wilayah yang jarang dikaitkan dengan tambang batu bara.
Bahkan jarang dibandingkan dengan Kalimantan yang terkenal sebagai produsen terbesar di Indonesia.
Pengembangan tambang batu bara di kedua desa ini tidak hanya akan berdampak pada perekonomian lokal tetapi juga menimbulkan berbagai pertanyaan dan tantangan.
Desa pertama yang bernama Tebing Abang, terletak di kecamatan Rantau Bayur.
BACA JUGA:82 Persen Harta Karun di Kalimantan Utara Merupakan Hasil Tambang, Ini Daftar 8 Perusahaan Terbesar
Desa ini memiliki luas sekitar 4.435,02 hektar dan penduduk sebanyak 3.532 orang, dengan kepadatan penduduk sekitar 0,80 per kilometer persegi.
Meskipun memiliki potensi tambang batu bara yang besar, kondisi infrastruktur dan fasilitas publik di desa ini masih tergolong minim.
Sarana pendidikan dan kesehatan seperti sekolah dan rumah sakit masih sulit dijangkau oleh warga setempat. Hanya ada satu puskesmas yang melayani dengan fasilitas tanpa rawat inap.
Desa kedua yang bernama Rantau Bayur juga terletak di kecamatan yang sama.
BACA JUGA:5 Raja Tambang di Indonesia yang Mampu Kelola Harta Karun Nusantara, Nomor 4 Kakak Menteri
Desa ini memiliki populasi sekitar 2.595 jiwa yang mayoritas beragama Islam. Meskipun memiliki sedikit lebih baik dalam hal sarana pendidikan dan keagamaan dibandingkan dengan Tebing Abang.
Desa Rantau Bayur juga menghadapi tantangan infrastruktur dan akses layanan publik yang terbatas.