Khalifah Abu bakar lantas bertanya kepada bilal “ Apa maksudmu hai bilal?” bilal menjawab “Saya ingin berjuang dijalan Allah hingga Aku mati?” Khalifah berkata “Siapa lagi nanti yang akan jadi muadzin bagi kami?” Dengan kondisi berlinang air mata , bilal menjawab “Aku takkan lagi menjadi muadzin bagi orang-orang setelah Rasulullah” Khalifah Abu bakar lantas terus membujuk bilal untuk tetap mengumandangkan adzan dan berkata “ Tidak, biarlah tinggal disini wahai bilal, dan menjadi muadzin kami”.
Bilal benar-benar merasa sedih setelah ditinggal wafat Nabi Muhammad SAW. Sebelumnya memang Bilal selalu menjadi muadzin Rasulullah, namun setelah wafatnya Rasul, dirinya merasa tidak mampu lagi untuk mengumandangkan adzan. Matanya akan selalu mencucurkan air mata dikalau dirinya adzan sampai lafal “Asyhadu anna Muhammadaar Rasulullah”.
Disaat itulah dirinya tak sanggup melanjutkan lantunan adzan. Saat kalimat itu terucap bilal selalu merasa memory kenangan lama Bersama Rasulullah selalu teringat. Sang khalifah abu bakar selalu membujuk sahabat bilal agar mau mengumandangkan adzan lagi.
Tetapi sahabat bilal masih tetap menolak dan berkata “Wahai Abu Bakar, disaat waktu sholat telah tiba di setiap harinya, diriku mendatangi Rasulullah dan aku berkata kepada Rasulullah ‘Wahai Rasul, waktu sholat’ atau rasul yang bergantian datang menuju rumahku dan berkata ‘Wahai bilal, Waktu sholat’ dan kami pun lalu bersamaan pergi ke masjid, lalu diriku naik ke atas Menara, dan sebelum diriku melantunkan adzan, diriku pandang terlebih dahulu wajah Rasulullah SAW.
Dan hal itu kulakukan sehari lima kali wahai abu bakar, dan hal itupun berulang setiap hari. Tapi sekarang sudah tidak ada lagi Rasulullah, lalu bagaimana bisa diriku mampu untuk melantunkan suara adzan tanpa adanya Rasulullah disisku wahai Abu Bakar?”
BACA JUGA:Cara Gadai Sertifikat Rumah di Pegadaian Syariah, Bisa Cair Rp 100 Juta, Syarat Usia 21-65 Tahun
Sahabat bilal bukanya tidak mau adzan lagi, tetapi dirinya tak kuasa ketika mengingat kenangan Bersama Rasulullah. Siapakah orangnya yang tidak merindukan Rasulullah SAW. Apalagi seseorang yang sangat dekat dengan Rasul. Bilal menangis dan tidak kuasa lagi membendung cucuran air matanya.
Kemudian Khalifah Abu Bakar juga turut menangis dan memberikan izin kepada bilal untuk tidaklagi melantunkan adzan “Kalau seperti itu alasanmu, wahai bilal kamu boleh pergi”. Sahabat bilal lantas berangkat pergi menuju kota suriah sebab sudah tidak kuasa lagi tinggal di kota Madinah.
Sahabat bilal lantas tinggal suriah. Di suatu malam Sahabat bilal tertidur, dalam tidurnya ia bermimpi berjumpa dengan nabi Muhammad SAW. Dalam mimpi itu, sang Rasul berkata kepada sahabat bilal “Betapa keringnya hatimu hai bilal, betapa gersangnya hatimu hai bilal.
Sudah begitu lama kamu tidak menziarahiku, sudah begitu lama dirimu tidak bertemu aku. Apakah kamu sudah tidak lagi rindu terhadapku wahai bilal..?” kehadiran Rasulullah dalam mimpi bilal sungguh menyedihkan. Sahabat bilal lantas terbangun dari tidurnya. Airmata sahabat bilal lalu berlinang, dan menangislah ia sejadi-jadinya.
BACA JUGA:Kurangi Paparan Radiasi Handphone, Begini Caranya Jangan Anggap Remeh
Waktu itu, kekhalifahan islam telah berpindah dan dipimpin oleh Khalifah Umar bin Khatab.
Saudara-saudara bilal lantas menyuruh bilal untuk bersegera berziarah kemakam Nabi Muhammad SAW. Kemudian berangkatlah sahabat bilal menuju masjid Nabawi di madinah. Ia pergi dengan mengendarai seekor unta.
Dalam perjalalan itu air mata bilal terus bercucuran karena begitu rindunya beliau kepada Nabi Muhammad SAW.
Sahabat bilal terus berjalan menembus hawa panas dan dingin baik disiang dan malam hari. Rasa rindunya kepada nabi benar-benar menghapus rasa lelahnya perjalanan itu.