Menilik Kisah Perjalanan Haji Pada Zaman Walisongo, Ini Tantangan dan Warisannya

Sabtu 18-05-2024,22:01 WIB
Reporter : Sheila Silvina
Editor : Septi Widiyarti

Dia juga melakukan perjalanan haji bersama Sunan Bonang. Sepulangnya dari haji, dia singgah di Pasai untuk memperdalam ilmu agama.

Kemudian dia mendirikan pesantren di daerah Giri dan mengirimkan banyak juru dakwah ke berbagai daerah di Nusantara.

BACA JUGA: Tabel Pinjaman Kupedes BRI 2024, Pinjaman dengan Biaya Admin Ringan Serta Tenor hingga 5 Tahun

3. Sunan Kalijaga (Raden Sahid)

Sunan Kalijaga dikenal sebagai budayawan dan seniman yang memperkenalkan bentuk wayang kulit.

Dalam cerita tradisi lisan, disebutkan bahwa Sunan Kalijaga pernah menyusul Sunan Bonang sampai ke Pulau Upih (Malaka) dengan niat pergi ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji.

Namun, setelah berjumpa dengan Syekh Wali Lanang (Maulana Ishak) dan Syekh Sutabris, dia disarankan kembali ke Jawa untuk melengkapi jumlah Wali Songo. Ada juga versi yang mengatakan Sunan Kalijaga pergi haji untuk menyempurnakan pengetahuan yang telah dimilikinya.

BACA JUGA:Terungkap, Ini Jawaban Mengapa Israel Menyerang Palestina Menurut Al Quran

Tantangan Perjalanan Haji di Masa Itu

Perjalanan haji pada zaman Walisongo bukanlah hal yang mudah. Pada masa itu, cerita tentang perjalanan haji sering kali dilingkupi oleh legenda dan mitos.

Banyak yang percaya bahwa para wali menggunakan kekuatan di luar manusia biasa, seperti duduk di atas bentangan sajadah dan dalam waktu singkat sampai di Masjidil Haram.

Namun, realitasnya jauh lebih menantang. Para jamaah haji dari Nusantara harus menggunakan perahu mengarungi lautan, singgah di Malaka atau Kedah, dan menghadapi gelombang tinggi serta angin kencang.

BACA JUGA: Tabel Pinjaman Kupedes BRI 2024, Pinjaman dengan Biaya Admin Ringan Serta Tenor hingga 5 Tahun

Perjalanan ini bisa memakan waktu berbulan-bulan hingga tiba di pelabuhan Jeddah.

Dari Jeddah, perjalanan dilanjutkan dengan unta melewati perkampungan Baduwi yang keras dan sering kali licik dalam mengambil kesempatan memanfaatkan iring-iringan calon haji.

Suku Baduwi dikenal sering mengambil kesempatan memanfaatkan iring-iringan calon haji untuk memperoleh penghasilan, ketika calon jamaah melewati pos-pos atau kantong-kantong peristirahatan mereka. Tantangan ini termasuk dalam perjalanan darat menuju Makkah al Mukarramah.

Kategori :