NASIONAL, RBTVCAMKOHA.COM - Mengenal asal usul suku Kaur, tidak boleh menikah semerge.
Suku Kaur atau Suku Melayu Kaur adalah salah satu kelompok etnis yang mendiami daerah sekitar sungai Kaur di Kabupaten Kaur, Provinsi Bengkulu.
BACA JUGA:Menyebar di Kawasan Bengkulu Selatan, Begini Asal Usul Suku Serawai, Tradisi Perkenalan Bujang Gadis
Pemukiman orang Kaur berdekatan dengan kediaman suku Serawai dan Besemah. Berbeda dengan kedua suku bangsa tersebut yang menggunakan bahasa Melayu Tengah, suku Kaur menggunakan bahasa Kaur.
Berdasarkan catatan Belanda, orang Kaur merupakan percampuran dari etnis Minangkabau yang datang melalui Indrapura dengan suku Basemah.
Suku Kaur memiliki sejarah yang cukup unik yaitu sebagian suku ini berasal dari Minangkabau dan tetap menetap di Muara Nasal yang kemudian dikenal sebagai orang Kaur.
Berikut rangkuman penjelasan mengenai asal-usul Suku Kaur hingga sejarah Kabupaten Kaur dilansir dari beberapa sumber.
BACA JUGA:Wow! Ini 5 Pemain Bola Terkaya di Indonesia 2024, Kekayaanya Capai Miliaran Rupiah
Suku Kaur merupakan suku yang berdiam di sekitar Sungai Kaur, Kecamatan Kaur Selatan, Kabupaten Bengkulu Selatan. Secara administratif Kaur merupakan salah satu Kabupaten di Bengkulu yang wilayahnya meliputi beberapa kecamatan yang saat ini masuk ke Kabupaten Kaur.
Namun secara kultural, tidak semua masyarakat Kabupaten Kaur tergolong pada Suku Kaur karena di dalamnya juga terdapat beberapa suku lain seperti Pasemah, Semende dan lain-lain.
Suku Kaur atau Marga Muara Nasal sebagian penduduknya berasal dari Minangkabau. Menurut cerita rakyat, daerah pesisir pantai ini mulanya dihuni oleh Suku Buai Harung dari landscape Keresidenan Palembang.
Sejak sekitar abad ke-18 Suku Buai Harung mendirikan kolonisasi pertama di Muara Sungai Sambat yang selanjutnya berkembang sampai ke Muara Nasal.
BACA JUGA:Menengok Asal Usul Bengkulu, Punya Bunga Tunggal Terbesar di Dunia hingga Tradisi Opoi Malem Likua
Akan tetapi pada saat daerah itu diambil alih oleh orang-orang dari Pagaruyung yang masuk melalui Indrapura, sebagian dari mereka terdesak ke Lampung. Kemudian Suku Buai Harung yang sudah bercampur dengan penduduk setempat dikenal sebagai orang Abung.
Sedangkan suku Buai Harung yang masih tetap di Muara Nasal bercampur dengan orang Minangkabau yang kemudian juga dikenal sebagai orang Kaur.
Suku Kaur memiliki bahasa sendiri yaitu bahasa Kaur yang tergolong bahasa Melayu. Bahasa Kaur masuk rumpun bahasa Austronesia, Melayu-Polinesia barat dan bahasa Melayu.
Mata pencaharian utama Suku Kaur adalah menanam padi. Selain itu suku ini juga beternak, menangkap ikan dan berdagang hasil bumi. Kaum pria di suku ini bekerja di ladang sedangkan mayoritas kaum wanitanya adalah mengurus rumah tangga.