- Lawangan dari dusun Tanjung Raya
- Lawangan dari dusun Muara Tandi yang sekarang disebut Muara Danau
- Lawangan dari dusun Lubuk Puding
Orang Lintang menggunakan bahasa Lintang (baso Lintang), yang terdiri atas dua dialek, yaitu dialek o dan dialek e. Dialek o digunakan di Kecamatan Ulu Musi, Pendopo, dan Muara Pinang.
Sedangkan dialek e digunakan di Kecamatan Tebing Tinggi, dan beberapa dusun di Kecamatan Ulu Musi.
Berdasarkan penelitian Tim Proyek Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia pada tahun 1986, jumlah penutur bahasa Lintang di wilayah ini diperkirakan sekitar 181.206 jiwa.
Secara khusus, jumlah penutur bahasa Lintang dialek o diperkirakan berjumlah 125.785 jiwa. Di daerah ini orang Lintang hidup berbaur dengan masyarakat suku bangsa lain, misalnya dengan suku bangsa Jawa di daerah Pasemah Air Keruh di Kecamatan Ulu Musi, suku bangsa Minangkabau di Kecamatan Pendopo, atau suku bangsa Melayu Palembang di Kecamatan Muaro Pinang.
BACA JUGA:Tabel Kredit Pensiunan, Bisa Langsung Cair Rp 100 Juta, Syarat Usia Maksimal 75 Tahun
Perkembangan atau dusun orang Lintang umumnya dirikan mengelompok di tepi sungai. Sejak masuknya pemerintah Belanda, dusun-dusun orang Lintang mulai pindah ke tepi-tepi jalan raya.
Mata Pencarian Suku Lintang
Mata pencaharian pokoknya adalah bertani, terutama menanam padu di sawah. Tanaman pokok lainnya adalah kopi yang tumbuh subur di daerah tersebut. Hasil kopi dari daerah ini sejak jaman Belanda sudah menjadi salah satu komoditi ekspor.
Dalam berkebun kopi biasanya orang Lintang melakukannya dengan cara membuka areal hutan yang terdapat di sekitar mereka.
Sedangkan mata pencarian lainnya adalah berkebun kelapa dan buah-buahan, beternak dan berdagang. Mereka juga menangkap ikan di sekitar sungai-sungai yang terdapat di lingkungan tempat tinggal mereka.
BACA JUGA:Segini Nominal Uang Duka Taspen, Simak Syarat dan Cara Klaimnya
Marga Suku Lintang
Masyarakat Lintang terbagi atas kelompok-kelompok marga. Di daerah Lintang Empat Lawang terdapat sekitar 13 marga dan 120 dusun.