3. Rasan tambik anak tungguan duo, artinya pasangan pengantin baru bebas memilih apakah si suami ikut ke kelompok istrinya atau sebaliknya, istri ikut kelompok suaminya (utrolokal).
4. Rasan tambik anak ngantat, artinya untuk jangka waktu tertentu suami bertempat tinggal di kelompok istrinya (matrilokal), baru kemudian pindah ke kediaman yang sama sekali baru (neolokal).
5. Rasan tambik anak belapik duit, hampir sama dengan no 4 yaitu mula-mula di kediaman kelompok istri, baru kemudian bebas memilih tempat tinggal yang baru. Kini umumnya orang Lintang yang baru menikah memilih untuk menetap di kediaman yang sama sekali baru (neolokal).
Gabungan keluarga batih membentuk suatu keluarga luas utrolokal yang disebut peranakan. Kelompok-kelompok peranakan membentuk kelompok yang lebih besar, yang disebut rugoek-kampoeh.
Kelompok rugoek-kampoeh biasanya saling berhubungan dalam berbagai kegiatan, misalnya dalam upacara perkawinan, kegiatan di sawah dan sebagainya.
Agama Anutan Suku Lintang
Orang Lintang umumnya adalah pemeluk agama Islam. Yang berperan dalam urusan keagamaan ini adalah seorang penghulu yang bertanggung jawab pada tingkat marga dan seorang khatib yang bertanggung jawab pada tingkat dusun.
Pengaruh agama Islam juga terlihat dalam bentuk-bentuk kesenian orang Lintang, diantaranya kesenian rebana, jidor, dan berbagai tari-tarian.
Bentuk kesenian lainnya yang masih berkembang dengan baik adalah tradisi sastra lisan, seperti pantun, jampi, memoneng, rejung, andai-andai, karnasian, dan sebagainya.
Demikian ulasan mengenai asal usul nama dan sejarah Lintang. Semoga bermanfaat.
Nutri Septiana