Bangunan Bersejarah di Kota Makassar, Ada Masjid hingga Gereja, Yuk Berwisata Sambil Belajar Sejarah

Selasa 25-06-2024,11:59 WIB
Reporter : Nutri Septiana
Editor : Purnama Sakti

3. Gedung Dewan Kesenian Sulsel (Societeit de Harmonie)

Gedung Dewan Kesenian Sulsel atau Societeit de Harmonie dibangun pada tahun 1896 sebagai tempat pertemuan orang-orang asing dan bangsawan terkemuka. Gedung ini juga dijadikan sebagai tempat berkumpul, pesta, pertunjukan sandiwara, dan musik.

Kemudian pada tahun 1910-an Societeit de Harmonie dirombak dan diperbesar. Bentuk bangunan ini menerapkan gaya arsitektur campuran yang modern.

Seiring perkembangan zaman, terdapat perubahan fungsi pada gedung ini dari masa ke masa. 

Pada tahun 1942-1953 dijadikan sebagai Balai Pertemuan Masyarakat, lalu tahun 1953-1955 dijadikan tempat pertemuan orang-orang keturunan Belanda, Cina dan Bangsawan.

Pada tahun 1955-1960 gedung kesenian ini sudah mulai digunakan oleh pribumi. Setelahnya, mulai dialihfungsikan sebagai kantor-kantor pemerintahan mulai tahun 1960 sampai 2000-an.

Sekarang gedung ini berfungsi sebagai Kantor dan Gedung Dewan Kesenian Sulawesi Selatan yang berlokasi di Jalan Riburane No.15. 

BACA JUGA:Jangan Sampai Salah, Ini Ketentuan dan Cara Pemilihan Sekolah PPDB Jakarta 2024

Status kepemilikannya sendiri dimiliki oleh Pemerintah daerah Tingkat I Sulawesi Selatan.

Dilihat dari arsitekturnya, bangunan ini telah menerapkan konsep modern dengan gaya campuran. Hal itu terlihat dari bentuk bangunan yang tidak simetris dan satu bangunan menyerupai huruf L dan sebuah menara di sisi timur.

4. Vihara Ibu Agung Bahari (Klenteng Ma Tjo Poh)

Selanjutnya ada Vihara Ibu Agung Bahari (dulu Klenteng Thian Ho Kong/Ma Tjo Poh). Vihara ini terletak di kawasan Pecinan, tepatnya di Jalan Sulawesi, Kelurahan Pattunuang, Kecamatan Wajo, Makassar.

Mengutip dari jurnal Universitas Hasanuddin berjudul 'Vihara Ibu Agung Bahari (Identifikasi Lokasi dan Analisis Nilai Penting)', disebutkan bahwa klenteng ini dibangun pada tahun 1738. 

Namun berdasarkan sebuah prasasti yang ada di klenteng tersebut, klenteng ini pernah berdiri selama kurang lebih 100 tahun di Hoogepad (sekarang: Jalan Ahmad Yani).

BACA JUGA:Beredar Oli Palsu, Begini Cara Membedakan Oli AHM Asli dan Palsu, Jangan Sampai Tertipu!

Klenteng Ma Tjo Poh berubah nama menjadi Vihara Ibu Agung Bahari saat terjadi pemberangusan etnis Tionghoa pada tahun 1997. 

Kategori :