NASIONAL, RBTVCAMKOHA.COM - Ini Filosofi malam 1 Suro dan sejarah yang ditetapkan oleh Sultan Agung.
Pada malam 1 Suro, umumnya masyarakat Jawa melakukan laku tirakat atau tidak tidur semalam suntuk, dan tuguran atau perenungan diri sambil berdoa.
BACA JUGA:Apa Saja 4 Ritual dan Tradisi Malam 1 Suro yang Dilakukan Masyarakat Jawa
Bahkan beberapa orang memilih melakukan tirakat di tempat sakral seperti laut, gunung, pohon besar, ataupun makam keramat.
Pada Bulan Suro mereka memiliki keyakinan untuk tetap eling dan waspada. Eling disini berarti ingat siapa dirinya dan dimana kedudukannya sebagai ciptaan Tuhan.
Sedangkan waspada berarti sebagai manusia harus terjaga dan waspada dari godaan yang menyesatkan.
Di berbagai daerah di Pulau Jawa memiliki tradisi dan karakteristik tersendiri dalam merayakan satu Suro. Seperti yang terjadi di Keraton Surakarta dan Yogyakarta.
Yang pasti dalam setiap perayaan malam 1 Suro di setiap daerah selalu terdapat sesi doa bersama. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan berkah dan menangkal marabahaya.
Upacara perayaan satu Suro dapat dimaknai sebagai upacara untuk mawas diri, introspeksi dengan yang dilakukan setahun sebelumnya dan mempersiapkan diri untuk menghadapi tahun yang akan datang.
BACA JUGA:Arti Malam 1 Suro Bagi Umat Islam yang Mendapat Julukan Al Asyhur Al Hurum
Sejarah 1 Suro
Sejarah 1 Suro ada sejak Kerajaan Mataram Islam dan diciptakan oleh Sultan Agung Adi Prabu Hanyakrakusuma (1613-1645).
Sultan ingin mengubah Kalender Saka (kalender Jawa dan Hindu) sesuai dengan penanggalan agama Islam.
Konon Sultan memiliki niat untuk menyatukan dua kubu masyarakat Jawa yang terpecah akibat perbedaan keyakinan antara penganut Kejawen yang merupakan kepercayaan orang Jawa dengan Putihan (kepercayaan Islam).