Dalam hal ini, Sultan Agung membutuhkan cara supaya kelompok santri dan abangan dapat bersatu. Salah satu jalur yang ditempuh adalah membuat Kalender Jawa-Islam.
BACA JUGA:Apa Saja Mitos Keramat Larangan Saat Malam Satu Suro? Dipercaya Bisa Bawa Sial
3. Bentuk evaluasi diri
Prapto Yuwono, pengajar Sastra Jawa di Universitas Indonesia menjelaskan bahwa Sultan Agung meminta rakyatnya pada malam satu Suro sebagai permulaan tahun baru untuk prihatin, tidak berbuat sesuka hati dan tidak boleh berpesta.
Masyarakat harus menyepi, tapa, dan memohon kepada Tuhan. Prapto juga mengimbuhkan, untuk menghormati leluhur dan sebagai bentuk evaluasi, pada malam tersebut juga pusaka-pusaka dicuci, dibersihkan, seiring dengan kehidupan spiritual yang disucikan kembali.
BACA JUGA:Rutinkan Baca Sholawat Ma’tsuroh dan Ghairu Ma’tsuroh, Rezeki Lancar Hati Menjadi Tenang
Keistimewaan Malam Satu Suro Bagi Masyarakat Jawa
Sementara itu, malam satu Suro memiliki keistimewaan dan makna yang mendalam bagi masyarakat Jawa. Beberapa keistimewaan malam satu Suro antara lain:
1. Awal Tahun Baru Jawa
Malam satu Suro merupakan awal dari tahun baru Jawa. Masyarakat Jawa memandang malam satu Suro sebagai momen penting untuk merayakan pergantian tahun dan memulai awal yang baru dengan penuh harapan dan doa.
BACA JUGA:4 Weton Berikut Katanya Dilarang Keluar Rumah Pada Malam 1 Suro, Demi Terhindar dari Bahaya
2. Nilai Spiritual
Malam satu Suro dipandang sebagai malam yang penuh dengan nilai spiritual dan keagamaan. Masyarakat Jawa melakukan berbagai ritual dan doa sebagai ungkapan syukur dan permohonan keselamatan.
3. Tradisi Kebudayaan yang Kaya
Malam satu Suro merupakan bagian dari tradisi kebudayaan Jawa yang kaya akan makna dan simbolisme.
Tradisi-tradisi yang dilakukan pada malam tersebut mengandung nilai-nilai kearifan lokal dan warisan budaya yang perlu dilestarikan.