Ini Filosofi Malam 1 Suro dan Sejarahnya yang Ditetapkan Oleh Sultan Agung

Rabu 03-07-2024,20:44 WIB
Reporter : Putri Nurhidayati
Editor : Agus Faizar

Berdasarkan primbon Jawa orang tidak disarankan untuk pindah rumah pada saat malam 1 Suro. Orang jawa percaya ada hari baik dan hari buruk.

BACA JUGA:Bukan Cuma Keberuntungan, 4 Weton Ini juga Diberkahi Rezeki Melimpah Selama Bulan Suro

4. Tidak menggelar pernikahan

Orangtua Jawa percaya bahwa menikahkan anaknya di bulan Suro akan mendatangkan kesialan. Namun beberapa orang mengatakan bahwa hal ini adalah mitos belaka. 

Alasannya, jika masyarakat mengadakan pesta pernikahan pada malam 1 Suro dianggap menyaingi ritual keraton yang akan dirasa sepi. Hal ini juga berlaku pada pesta-pesta lainnya seperti pesta sunatan atau pesta syukuran lainnya dan hal ini mash dipercaya oleh orang Jawa.

BACA JUGA:InsyaAllah Rezeki Lancar dan Hati Tenang jika Rutin Amalkan Sholawat Ma’tsuroh dan Ghairu Ma’tsuroh

5. Pesta makhluk halus

Malam 1 Suro diidentikan sebagai pestanya makhluk halus, mereka disebut akan keluar di malam yang keramat ini.

Fakta Malam Satu Suro

Terdapat sejumlah fakta menarik mengenai malam satu Suro yang perlu diketahui, meliputi:

1. Ditetapkan oleh Sultan Agung

Kalender Jawa-Islam ditetapkan pada 1633 M, bertepatan dengan 1554 Saka atau 1043 Hijriah oleh Sultan Agung pasca kekalahannya menggempur Belanda di Batavia.

BACA JUGA:Bukan Cuma Keberuntungan, 4 Weton Ini juga Diberkahi Rezeki Melimpah Selama Bulan Suro

2. Alkulturasi dua budaya

Penanggalan Jawa-Islam yang disusun Sultan Agung merupakan bentuk akulturasi Kalender Saka (Hindu) dan Hijriah (Islam). Kala itu, pasca kekalahan melawan Belanda di Batavia, masyarakat Mataram terbagi dalam dua kubu, yakni santri dan abangan.

Kelompok santri merupakan masyarakat Jawa muslim yang mempraktikkan syariat agama Islam. Sementara kaum abangan adalah kalangan penduduk yang lebih dekat dengan tradisi.

Kategori :