Kesadaran itulah yang kemudian membuat angka kelahiran menurun, mengingat dulunya banyak wanita yang menikah dan hamil pada usia muda.
Ketika memiliki tingkat pendidikan yang mencukupi, banyak juga perempuan yang akhirnya memilih untuk fokus terhadap karier terlebih dahulu sebelum akhirnya menikah dan punya anak.
BACA JUGA:Apakah Bubur Bayi Boleh Dipanaskan? Berikut Ini Penjelasannya, Jangan Sampai Salah
2. Adanya program KB dari pemerintah
Setiap negara pasti memiliki program tersendiri untuk meningkatkan atau menghambat angka kelahiran.
Di Indonesia, salah satu program pemerintah terkait hal tersebut adalah Keluarga Berencana (KB). Tujuan utamanya adalah mengendalikan pertambahan penduduk dari kelahiran.
BACA JUGA:Bayi Tanpa Busana Ditemukan Bawah Mahoni Diduga Sengaja Dibuang, Usianya Sekitar 3 Hari
3. Kondisi keuangan dan lingkungan yang kurang mendukung
Tidak dapat dipungkiri bahwa biaya untuk membesarkan dan menjaga kesehatan anak sejak hamil, lahir, sampai dewasa tidaklah sedikit. Inilah yang kemudian menjadi salah satu faktor penghambat kelahiran di banyak negara.
Bukan sekadar biaya untuk perawatan dan pendidikan, banyak pasangan akhirnya memilih untuk menunda memiliki anak karena faktor lingkungannya.
Mereka merasa lingkungan yang mereka tinggali belum layak untuk menampung lebih banyak anggota keluarga.
BACA JUGA:Breaking News, Penemuan Bayi di Pinggir Jalan Tengah Kota Bengkulu Gegerkan Warga
4. Kemudahan akses untuk mendapatkan dan menggunakan alat kontrasepsi
Bukan hanya kondom, keberadaan berbagai jenis alat kontrasepsi seperti IUD dan pil KB juga berperan menjadi faktor penghambat kelahiran.
Penggunaan alat kontrasepsi akan menghambat angka kelahiran, khususnya pada kehamilan yang tidak direncanakan. Kemudahan akses untuk memperoleh alat kontrasepsi juga menjadi salah satu faktor mengapa angka kelahiran menurun.
Sebagai contoh, salah satu alat kontrasepsi yaitu kondom bisa dengan mudah didapatkan bahkan di supermarket.