"Yang terjadi ketika ada pembagian jurusan adalah sebagian besar murid memilih jurusan IPA. Hal ini belum tentu dilakukan berdasarkan refleksi tentang bakat, minat dan rencana karirnya, melainkan karena jurusan IPA diberi privilese lebih dalam memilih program studi di perguruan tinggi," terangnya.
"Dengan menghapus penjurusan di SMA, Kurikulum Merdeka mendorong murid untuk melakukan eksplorasi dan refleksi minat, bakat dan aspirasi karir, dan kemudian memberi kesempatan untuk mengambil mata pelajaran pilihan secara lebih fleksibel sesuai rencana tersebut," imbuhnya.
BACA JUGA:Ini Ketentuan Mendirikan BPR, Berapa Minimal Syarat Modal yang Diperlukan?
- Sejalan dengan Seleksi Masuk Perguruan Tinggi
Untuk itu, penghapusan jurusan di SMA juga menghapus diskriminasi terhadap murid jurusan selain IPA dalam seleksi nasional penerimaan mahasiswa baru.
Ia menjelaskan, semua lulusan SMA dan SMK Kurikulum Merdeka dapat melamar ke semua prodi melalui jalur tes. Pilihan prodi jadi tidak lagi dibatasi oleh jurusan mereka ketika SMA atau SMK.
"Pada tahun ajaran 2024 saat ini, tingkat penerapan Kurikulum Merdeka sudah mencapai 90-95% untuk SD, SMP, dan SMA/SMK," pungkasnya.
Sementara itu, masih dari sumber yang sama, Pakar Pendidikan Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya Holy Ichda Wahyuni mengatakan penghapusan itu akan menjadi PR bagi sekolah.
Sebab, tujuan penghapusan jurusan itu agar siswa lebih leluasa mengeksplorasi lebih banyak mata pelajaran sesuai kebutuhan, minat, bakat, dan aspirasi studi.
"Sekolah tetap punya PR untuk mengawal dan mengarahkan perancangan studi itu agar kebijakan ini bisa menjadi peluang bagi terwujudnya pendidikan yang holistik dan pengintegrasian yang harmonis antardisiplin ilmu sehingga siswa bisa menyerap dengan optimal," ujar Holy.
BACA JUGA:Terupdate! Ini Daftar 20 Bank Raksasa di Asia 2024, Ada 2 Bank dari Indonesia
Dia menjelaskan selama ini masih ada stereotip yang berkembang di masyarakat tentang jurusan IPA, IPS, dan Bahasa. Ada sebagian orang tua yang menganggap jurusan paling baik bagi anak-anak adalah jurusan IPA, tanpa melihat minat dan bakat anak-anak mereka.
"Asumsinya agar nanti bisa leluasa memilih jurusan saat di jenjang pendidikan tinggi. Meskipun, seiring berjalannya waktu, kesadaran orang tua soal pentingnya melihat minat bakat anak juga sudah mulai meningkat," jelasnya.
Ia menilai penghapusan jurusan IPA, IPS, dan Bahasa ini memiliki sejumlah kelebihan dan dampak positif.
Di antaranya memberi kesempatan lebih luas bagi peserta didik dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan yang penting dalam pendidikan tanpa adanya pengotak-ngotakan jurusan.
Tak hanya itu, Holy juga mengatakan jika saat ini integrasi antardisiplin ilmu menjadi strategi terwujudnya pembelajaran holistik.