Hasil rapat tersebut menyatakan bahwa pemerintah akan mulai menyosialisasikan penyaluran BBM bersubsidi yang lebih tepat sasaran pada 1 September 2024. Airlangga Hartarto menyebutkan bahwa ini bukanlah pembatasan, melainkan sosialisasi agar penyaluran BBM tepat sasaran.
"Saya minta untuk sosialisasi dulu. Tapi tidak ada pembatasan BBM, sosialisasi agar tepat sasaran," kata Airlangga.
Program penyaluran BBM bersubsidi yang lebih tepat sasaran ini akan diiringi dengan penerapan program rendah sulfur sesuai standar Euro 4.
Airlangga menegaskan bahwa penyaluran BBM bersubsidi yang lebih tepat sasaran masih dalam tahap persiapan skenario-skenarionya, dan hasil rapat dengan tiga menteri tadi akan dilaporkan terlebih dahulu ke Presiden Joko Widodo (Jokowi).
BACA JUGA:Moncer! Ini 4 Bank Swasta dengan Aset Terbesar di Indonesia 2024, Nomor 1 Kantongi Rp 332,99 Triliun
Wahyu Sakti Trenggono yang hadir dalam rapat tersebut menyebut program ini tetap sebagai program pembatasan BBM, meski tidak dijelaskan secara spesifik. Wahyu menekankan bahwa pembatasan ini terkait jenis penggunanya saja, seperti nelayan dan lainnya.
"Iya itu, tapi nggak ada yang berubah. Ada pembatasan di kendaraan tertentu. Yang pasti nanti ke pak Menko ya," tegas Wahyu.
Simulasi Pembatasan BBM Bersubsidi
Anggota Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas), Saleh Abdurrahman, mengungkapkan bahwa pihaknya telah melakukan simulasi pembatasan BBM bersubsidi di Indonesia, khususnya untuk Jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP) Pertalite (RON 90).
Pemerintah bersama Penyelenggara Sistem Elektronik (PSE) telah melakukan berbagai jenis simulasi pembatasan BBM Pertalite di dalam negeri.
Simulasi ini mencakup pembatasan kendaraan yang bisa membeli Pertalite, seperti kendaraan dengan pelat kuning, mobil kapasitas 1.400 cc, hingga motor kapasitas 150 cc.
BACA JUGA:Geger, Sopir Ambulans Turunkan Jenazah di SPBU, Ini Kronologi Kejadian dan 5 Faktanya
Simulasi tersebut juga dilakukan dalam berbagai kurun waktu, sehingga perhitungan penghematan negara dari pembatasan BBM tersebut diketahui oleh pihak terkait. "Bersama PSE kita bikin studi-nya detail.
Kalau misalnya pelat kuning ini kita tutup semua, atau sebagian pelat hitam tutup semua gitu kan, motor 150 cc ke bawah yang bisa misalnya, mobil 1.400 cc, itu sudah kita simulasi.
Sudah juga kita simulasi kalau penerapannya misalnya mulai satu tahun, saving berapa? Mulai tahun kemarin ini, 6 bulan, itu sudah kita sampaikan," ucap Saleh dalam kanal Youtube Trijaya, Senin, 15 Juli 2024.
Selain itu, simulasi dengan skema tambahan jenis Angkutan Sewa Khusus (ASK) di Indonesia juga telah dicoba. Beragam perhitungan simulasi tersebut sudah diajukan ke Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) hingga Kementerian Koordinator yang terkait.