BACA JUGA:Letkol Octo Sahat M. Manurung Jabat Komandan Lanal Bengkulu
Dalam studi baru, yang diterbitkan 6 Juli di jurnal Science, para peneliti menggunakan model komputer untuk menciptakan simulasi efek iklim yang dipicu oleh tumbukan benua ke spesies dan habitatnya
Model memperhitungkan kemampuan penyebaran, preferensi ekologis, dan keterkaitan evolusi lebih dari 20.000 spesies yang ditemukan di kedua sisi Garis Wallace. Hasil menunjukkan spesies Asia jauh lebih cocok untuk hidup di Nusantara pada saat itu.
BACA JUGA:Karena Tersinggung, Nyawa Dua Pemuda Bengkulu Selatan Melayang, Tersangkanya Delapan Orang
Perubahan iklim utama pada saat itu bukan disebabkan oleh pergerakan benua itu sendiri, melainkan oleh bagaimana pengaruhnya terhadap lautan di Bumi.
"Ketika Australia menjauh dari Antartika, itu membuka area laut dalam yang mengelilingi Antartika yang sekarang menjadi tempat Arus Sirkumpolar Antartika (ACC) berada," kata ketua penulis studi Alex Skeels, seorang ahli biologi evolusi di Universitas Nasional Australia.
"Ini secara dramatis mengubah iklim Bumi secara keseluruhan, itu membuat iklim jauh lebih sejuk," imbuhnya.
BACA JUGA:Jam Operasional Monas Dibatasi, Ini Alasan Kenapa Tak Dibuka Sampai Malam
ACC yang mengelilingi Antartika adalah arus laut terbesar di dunia dan terus memainkan peran penting dalam mengatur iklim Bumi.
Model baru ini mengungkapkan bahwa perubahan iklim tidak memengaruhi semua spesies secara setara. Iklim di Semenanjung Asia Tenggara dan Nusantara yang baru terbentuk tetap lebih hangat dan lebih basah daripada di Australia yang menjadi dingin dan kering.
BACA JUGA:Harga Meroket, Begini Cara agar Tanaman Kopi Berbuah Lebat dan Panen Melimpah
Akibatnya, makhluk di Asia beradaptasi dengan baik untuk hidup di kepulauan Indonesia dan sekitarnya kemudian menggunakannya sebagai "batu loncatan" untuk pindah ke Australia.
Tapi tidak demikian halnya dengan spesies Australia. Mereka telah berevolusi dalam iklim yang lebih dingin dan makin kering dari waktu ke waktu dan oleh karena itu kurang berhasil untuk bertahan di wilayah tropis dibandingkan dengan makhluk yang bermigrasi dari Asia.
BACA JUGA:Sudah Diberi Pupuk, Buah Sawit Tetap Mengecewakan, Ternyata Ini Rahasianya Menurut Ahli
Para peneliti berharap model mereka dapat digunakan untuk meramalkan bagaimana perubahan iklim modern akan berdampak pada spesies hidup.
“Itu bisa membantu kami memprediksi spesies mana yang lebih ahli dalam beradaptasi dengan lingkungan baru, karena perubahan iklim Bumi terus memengaruhi pola keanekaragaman hayati global," kata Skeels.