NASIONAL, RBTVCAMKOHA.COM – Pemakaian hijab di Olimpiade Paris 2024 jadi kontroversi! ini dampaknya bagi atlet muslimah.
Pemakaian hijab menjadi salah satu kontroversi di Olimpiade 2024 Paris. Sempat ada kekhawatiran bahwa atlet-atlet putri Muslim tidak bisa mengenakan hijab karena aturan yang berlaku di internal olahraga Prancis.
BACA JUGA:Heboh Massa Gelar Aksi Usai Vonis Bebas Ronald Tannur, DPR Murka: Hakim Abaikan Semua Alat Bukti
Sejak 2006, aturan ini sudah diberlakukan di olahraga Prancis, dimulai dari sepak bola. Regulasi ini kemudian merembet ke cabang olahraga lain dan mulai masif pada 2022 hingga 2023.
Aturan pelarangan hijab berlaku di level amatir hingga profesional. Namun, pada dasarnya, tidak ada hukum atau regulasi nasional yang melarang penggunaan hijab.
Kontroversi dan Dampak pada Atlet Prancis
Kontroversi regulasi ini akhirnya menimpa atlet Prancis sendiri di Olimpiade 2024. Sprinter Prancis, Sounkamba Sylla, sempat curhat di media sosialnya karena tidak boleh memakai hijab.
Dia merasa bingung karena ingin membela negara, tetapi tidak boleh ikut upacara pembukaan karena pakai hijab. "Anda terpilih main di Olimpiade, yang diselenggarakan di negara sendiri. Tapi, Anda tak bisa berpartisipasi saat upacara pembukaan karena menggunakan hijab," ujar Sylla di akun Instagramnya.
Yang ironis lagi, aturan ini malah membunuh impian pebasket Prancis, Diaba Konate. Karena menggunakan hijab, Diaba sampai harus mundur dari skuad Olimpiade.
BACA JUGA:Waduh! Cristiano Ronaldo Dilarang Buat Kanal Youtube Pribadi, Apa Alasannya?
"Patah hati rasanya, karena aturan di Prancis yang memaksa saya seperti itu," ujar Diaba. Bagi Konate, dia ingin pengalaman di Olimpiade Paris. Namun, perasaannya kini campur aduk. Dia dilarang bertanding di negara asalnya sendiri yang tahun ini menjadi tuan rumah Olimpiade.
Pengalaman Pribadi Konate dan Kritik terhadap Prancis
Konate memutuskan untuk mengenakan hijab ketika dia berada di AS saat puncak pandemi. "Selama tiga tahun terakhir, hijab menjadi bagian dari diri saya," tuturnya.
"Saya mengalami masa-masa sulit dan membutuhkan harapan. Saya merefleksikan diri saya dan identitas saya ketika semuanya terasa tidak pasti dan saya merasa kesepian." Dia terlahir sebagai seorang Muslim dan ingin belajar lebih banyak tentang agamanya, menemukan jawaban atas semua pertanyaan.
"Sangat munafik bagi Prancis menyatakan diri sebagai negara kebebasan, negara hak asasi manusia, tetapi pada saat yang sama, mereka tidak mengizinkan Muslim atau warganya untuk menunjukkan jati diri mereka," kata Konate.