3. Inflasi Berat
Inflasi berat terjadi saat laju inflasi antara 30% hingga 100% per tahun. Pada tingkat ini kenaikan harga sulit untuk dikendalikan.
4. HyperInflation
Hiperinflasi terjadi saat laju inflasi melesat melebihi 100% per tahun. Kondisi ini akan membuat harga meroket dan uang menjadi tidak bernilai.
BACA JUGA:Toyota Luncurkan Starlet Cross 2024, Ini Spesifikasi dan Harganya
Jenis-jenis Deflasi
Ada 2 jenis deflasi, yaitu deflasi strategis dan deflasi sirkulasi. Deflasi strategis terjadi akibat dari ditetapkannya kebijakan pengendalian konsumsi yang berlebihan. Kebijakan itu dalam rangka menekan kenaikan harga di pasar.
Sedangkan deflasi sirkulasi muncul pada masa transisi dari ekonomi yang stabil menuju kemerosotan ekonomi. Deflasi ini timbul karena adanya ketidakseimbangan antara konsumsi dan daya produksi sehingga menyebabkan penurunan harga.
Efek Inflasi dan Deflasi ke Perekonomian
Inflasi dan deflasi membawa efek besar bagi perekonomian, baik positif maupun negatif. Bisa jadi tidak ada negara yang menginginkan terjadi deflasi. Namun tidak ada negara juga yang berharap terjadi inflasi tinggi atau hyperinflation.
Tingkat inflasi yang sehat adalah 2-3%. Inflasi sebesar itu dianggap positif karena bisa mendorong pertumbuhan ekonomi, termasuk peningkatan upah dan kenaikan keuntungan perusahaan juga aliran modal. Namun jika lebih tinggi, maka inflasi menyebabkan kenaikan harga sehingga menyusahkan masyarakat terutama masyarakat kelas bawah.
Deflasi dihindari karena lebih banyak memberikan efek negatif bagi perekonomian. Beberapa efek deflasi yang berkepanjangan adalah turunnya pendapatan perusahaan seiring dengan penurunan harga barang dan jasa.
Seiring dengan turunnya pendapatan perusahaan, maka akan disusul dengan penurunan keuntungan industri sehingga menyebabkan penurunan upah dan PHK.
Demikianlah ulasan mengenai perbedaan inflasi dan deflasi yang perlu diketahui, lengkap dengan jenis dan efeknya bagi perekonomian. Semoga bermanfaat.
Nutri Septiana