NASIONAL, RBTVCAMKOHA.COM – Viral kepala sekolah diduga tilep dana koperasi guru hingga Rp 2,3 milar, uangnya digunakan untuk ini.
Kabar mengejutkan datang lagi di media sosial, di mana seorang Kepala Sekolah SD Negeri, berinisial MI (61), diduga telah menyalahgunakan dana koperasi guru untuk kepentingan pribadinya.
BACA JUGA:Mudah, Ini 3 Cara Cek Pinjol Resmi atau Tidak Secara Online
Kejadian tersebut datang dari Surabaya, kasus ini mencuat setelah para guru menyadari adanya penyimpangan dalam pengelolaan dana koperasi tersebut.
MI yang telah menjabat sebagai ketua koperasi KPRI Tegar selama 10 tahun, dan mengakui menggunakan dana sebesar Rp 2,3 miliar untuk membangun rumah mewah, kos-kosan, dan membeli tanah untuk pasar.
Dalam pengakuannya, MI mengatakan bahwa selama masa jabatannya, ia menggunakan dana koperasi untuk kepentingan pribadi.
“Waktu sepuluh tahun saya jadi bendahara. Saya pakai dulu uangnya buat bangun rumah dan pasar,” tutur MI, Rabu (21/6/2023).
Meski demikian, MI mengklaim telah mencicil sebagian dari dana yang dipinjam, namun masih tersisa utang sekitar Rp 2,3 miliar. Akibat perbuatannya, rumah MI didatangi oleh para guru yang menuntut pertanggungjawaban pada hari yang sama.
Salah satu akun Instagram yang memposting mengenai kabar ini adalah @Faktasuroboyo, yang dengan cepat menjadi viral dan mendapatkan ribuan komentar dari netizen yang geram dengan tindakan MI.
BACA JUGA:Ramai di X, Saipul Jamil Dituding Lecehkan Pria saat Video Call, Netizen Bergejolak
Komentar-komentar pedas pun bermunculan di media sosial. Salah satunya dari akun @dhwandato yang menulis, “Ini kepala sekolah?? diajak ngomong kok gak nyambung, berasa ngga salah juga.. wkwkk”.
Komentar ini menunjukkan betapa masyarakat merasa geram dan tidak habis pikir dengan perilaku dan jawaban dari MI.
Netizen lainnya, @brorondm, menyebut jawaban MI sebagai “Jawaban paling sontoloyo yg pernah saya dengar”.
Sementara itu, @evariariana mempertanyakan bagaimana MI bisa menjadi kepala sekolah dengan bertanya, “Kog bisa jadi kepala sekolah gimana ceritanya?”.
Komentar-komentar tersebut menggambarkan rasa frustrasi dan kebingungan masyarakat atas tindakan dan sikap MI.