Dibalik Pesona Indahnya, Ini Wujud Sosok Penunggu Danau Ranau di Sumatera Selatan

Senin 05-08-2024,13:52 WIB
Reporter : Tianzi Agustin
Editor : Septi Widiyarti

NASIONAL, RBTVCAMKOHA.COM – Dibalik pesona indahnya, ini wujud sosok penunggu Danau Ranau di Sumatera Selatan.

Tidak banyak yang tahu bahwa di balik pesona Danau Ranau yang terletak di perbatasan Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, Provinsi Sumatera Selatan, ternyata menyimpan sejumlah misteri bagi penduduk setempat.

BACA JUGA:Bawa Kabur Mobil, Bocah Kelas 1 SD Tabrak Sejumlah Kendaraan, Begini Kronologinya

Walaupun proses terbentuknya danau ini sudah banyak dijelaskan secara ilmiah, namun masih banyak orang yang mengaitkannya dengan mitos ataupun cerita rakyat yang biasa disebut dengan legenda.

Danau Ranau terbentuk dari gempa besar dan letusan vulkanik gunung berapi sehingga membentuk cekungan yang besar, mirip dengan Danau Toba.

Di belakang danau tersebut terdapat Gunung Seminung dengan ketinggian 1.881 meter (6.171 kaki) di atas permukaan laut serta tebing dan barisan perbukitan.

Danau Ranau juga dikelilingi area persawahan dan perkebunan yang dimanfaatkan penduduk setempat sebagai lahan bercocok tanam dan mata pencaharian.

Di balik keindahan dan pesona alam yang terdapat di Danau Ranau, terselip beberapa cerita rakyat atau legenda tentang sosok misteri penunggu Danau Ranau.

Beberapa penduduk setempat meyakini keberadaan penguasa gaib berwujud naga jantan yang bersembunyi di sekitar Danau Ranau. Hal ini dikaitkan dengan legenda "Kelekup Gangsa" naga jantan.

Konon katanya, sebuah keluarga dengan tujuh orang anak yang bernama Umpu Suat, Se Bebigor, Se Batin Balak, Se Mandi Walay, Se Ujan, Se Jambi, dan Se Gundang Caring atau Sekutu Ni Way memiliki kentongan atau Kelekup Gangsa yang berfungsi sebagai alat untuk mengumpulkan keluarga dan sebagai peringatan tanda bahaya.

BACA JUGA:Ramalan Zodiak Hari Ini, Senin 5 Agustus 2024, Siapa Paling Beruntung?

Cerita rakyat ini diangkat dalam sebuah buku yang berjudul "Naga Emas Danau Ranau" oleh Yulfi Zawanis.
Dalam kisah tersebut, diceritakan bahwa letak Danau Ranau berada di kaki Gunung Seminung.

Pada masa itu, masyarakat desa Seminung yang kini menjadi Danau Ranau, tidak berani melakukan aktivitas yang melanggar pantangan seperti mengambil atau mencuri kayu di hutan bernama Seminung. Bahkan, dalam kisah yang telah melegenda itu, banyak orang yang berani berburu di dalam Hutan Seminung tidak bisa kembali keluar. Pasalnya, melakukan aktivitas berburu di dalam Hutan Seminung berarti melawan pantangan dan seperti menantang maut.

Masyarakat yang hidup di kaki Bukit Gunung Seminung (Danau Ranau) percaya bahwa pepohonan dan kayu yang ada di dalam Hutan Seminung dijaga oleh ular-ular jelmaan yang dikuasai oleh dua ekor naga, jantan dan betina.

Ular-ular tersebut bertugas menjaga lingkungan di Hutan Seminung. Barang siapa yang berani masuk dan melawan pantangan itu akan berhadapan dengan sang penunggu ular dan konon tidak bisa kembali lagi.

Kategori :