BACA JUGA:Hari Ini, Jessica Wongso 'Kopi Sianida' Bebas Bersyarat, Ini Penjelasan Ditjen Pas
Saat ini, jenazah Ariandi sedang menjalani proses otopsi di Rumah Sakit Bhayangkara Kota Medan untuk memastikan penyebab kematiannya.
"Kita masih menunggu hasil otopsinya, tapi dari luka yang terlihat, peluru mengenai di antara leher dan bahu korban," jelas Irwanta.
Kepergian Ariandi meninggalkan duka mendalam bagi keluarganya, terutama bagi ketiga anaknya yang masih kecil.
"Adik saya masih kecil, siapa yang mau menafkahi kami sekarang? Ayah kami satu-satunya yang bekerja untuk keluarga. Desa Perlis ini susah cari duit," kata Fitri dengan suara sedih.
Anak-anak Ariandi yang lain, yang masih berusia tiga tahun dan satu lagi duduk di kelas VI SD, sangat terpukul dengan kejadian ini.
Tragedi ini menjadi pengingat betapa pentingnya menjaga emosi dan menyelesaikan perselisihan dengan kepala dingin.
BACA JUGA:Rayakan Hari Kemerdekaan Bareng Wondr By BNI, Ini 8 Promo yang Sayang Dilewatkan
Hanya karena masalah sepele, nyawa seorang ayah yang menjadi tulang punggung keluarga harus melayang.
Sementara itu, pelaku kini harus menghadapi konsekuensi hukum atas perbuatannya, dan keluarga korban harus berjuang menghadapi kenyataan pahit kehilangan sosok yang mereka cintai.
Kejadian ini menjadi bahan pembicaraan hangat di Desa Perlis dan sekitarnya, mengingat tindakan brutal yang dilakukan pelaku hanya karena teguran kecil.
Warga berharap kejadian serupa tidak terulang lagi dan meminta pihak berwenang untuk memberikan hukuman yang setimpal kepada pelaku agar menjadi pelajaran bagi orang lain.
Dengan adanya kasus ini, diharapkan masyarakat semakin sadar akan pentingnya menyelesaikan konflik dengan cara yang baik dan tidak mengandalkan kekerasan.
Kehilangan nyawa karena hal sepele seperti ini seharusnya tidak terjadi jika saja pelaku bisa mengendalikan emosinya dan mencari solusi yang lebih baik.
Sheila Silvina