Ucapannya ini jelas merupakan sindiran terhadap cara kerja DPR yang dinilai tidak memprioritaskan hal-hal penting dan lebih memfokuskan pada agenda yang menguntungkan segelintir pihak.
BACA JUGA:Setjen DPR RI 2024 Buka 302 Formasi CPNS 2024, Segini Gajinya!
Para komika ini sejak pagi sudah berkumpul di depan gedung DPR RI. Mereka datang bukan sekadar untuk bersenang-senang, tetapi untuk menyuarakan kegelisahan mereka tentang UU Pilkada yang kontroversial.
Bagi mereka, ini bukan hanya tentang politik, tetapi tentang masa depan demokrasi dan keadilan di Indonesia.
BACA JUGA:Teriak Minta Tolong saat Dicegat Debt Collector, Pria Ini Malah Dirujak Netizen
Presiden Stand Up Indo, Adjis Doaibu, turut serta dalam aksi ini. Dalam akun X miliknya, ia menyebutkan bahwa dirinya dan para komika lainnya sudah siap untuk "tamasya" di Senayan.
"Sudah ready 'tamasya' Senayan," tulis Adjis, menunjukkan bahwa kehadiran mereka bukan sekadar protes, tetapi juga bentuk solidaritas dan persatuan dalam menyuarakan aspirasi rakyat.
Tidak hanya para komika, aktor Reza Rahadian juga hadir dalam aksi tersebut. Reza, yang selama ini dikenal sebagai aktor yang jarang terlibat dalam urusan politik, mengaku bahwa ia tidak bisa lagi berdiam diri di rumah menyaksikan apa yang terjadi di negara ini.
"Semoga masih semangat. Saya hadir pada hari ini, karena kekecewaan," ucap Reza Rahadian dengan nada penuh emosional.
BACA JUGA:Pohon Depan RSMY Tumbang Timpa 4 Warung, Satu Orang Dilarikan Ke Rumah Sakit
Kehadiran Reza Rahadian tentu saja menambah bobot aksi tersebut. Ia menegaskan bahwa kehadirannya di sana bukan untuk mendukung kelompok politik tertentu, tetapi untuk kepentingannya sebagai warga negara biasa.
"Saya hadir ini sebagai rakyat biasa bersama teman-teman semua," tegasnya, meneguhkan posisinya sebagai bagian dari rakyat yang resah dengan situasi politik saat ini.
BACA JUGA:Segera Daftar, BPOM Buka 781 Formasi CPNS 2024, Ini Daftar Kualifikasi Pendidikan yang Dibutuhkan
Dalam orasinya, Reza Rahadian mengungkapkan keresahannya atas kondisi Indonesia yang ia nilai semakin tidak menentu.
Sebagai seorang seniman, ia biasanya menyampaikan kritik sosial melalui karya-karyanya, tetapi kali ini, ia merasa harus turun langsung ke jalan untuk menyuarakan kegelisahannya.