Raja Jawa Jadi Sorotan Setelah Disebut Bahlil, Ini Sejarah dan Makna Raja Jawa

Sabtu 24-08-2024,22:29 WIB
Reporter : Novan Alqadri
Editor : ahmad afandi

Setelah Sultan Agung wafat, putranya, Amangkurat I, naik takhta. Namun, di bawah kepemimpinannya, Mataram mengalami kemerosotan yang ditandai dengan serangan Trunojoyo, yang melemahkan pertahanan kerajaan. Tekanan dari VOC dan kerajaan lainnya semakin memperburuk situasi, hingga akhirnya terjadi Perjanjian Giyanti pada 1755, yang membagi Mataram menjadi Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta.

Saat ini, Kasunanan Surakarta dipimpin oleh Pakubuwono, sementara Kasultanan Yogyakarta dipimpin oleh Sri Sultan Hamengku Buwono.

Refleksi Kepemimpinan Amangkurat I

Kisah Amangkurat I mengingatkan bahwa tidak semua orang mampu memimpin dengan baik, meski telah diberi mandat. Meskipun ia menggantikan ayahnya sebagai Raja Jawa, Amangkurat I justru merusak kerajaan yang telah dibangun dengan susah payah oleh pendahulunya. Keputusan membangun istana baru di Keraton Plered dan meninggalkan istana lama di Keraton Karta dianggap sebagai salah satu penyebab kemunduran Mataram, yang akhirnya terpecah menjadi dua: Yogyakarta dan Surakarta.

Sindiran Bahlil Lahadalia tentang "Raja Jawa" mungkin mengacu pada kekuatan dan pengaruh yang dimiliki oleh beberapa pihak di Indonesia, yang kini tengah menjadi perbincangan hangat.

Nah itulah rangkuman informasi, Raja Jawa jadi sorotan setelah disebut Bahlil, serta sejarah dan makna Raja Jawa.

 

(Novan)

Kategori :