"Apapun risikonya, saya lakukan, guys, karena sudah muak lapor sana-sini nggak digubris, lapor RT nggak digubris, RW nggak digubris. Padahal nyata ada orang di dalam kamar istri saya," ungkapnya dengan nada suara yang penuh kepahitan.
Pernyataannya ini menambah keprihatinan bagi banyak pihak yang melihat video tersebut, menunjukkan betapa frustrasinya pria ini karena tidak mendapatkan bantuan yang ia harapkan.
BACA JUGA:Kesempatan Magang ke Jepang, Dibutuhkan 150 Orang, Ada Subsidi Rp 15 Juta per Orang
Pria tersebut juga menambahkan bahwa dirinya merasa dilecehkan dan direndahkan oleh perangkat kampung yang tidak merespon laporannya.
"Mereka melecehkan saya dan merendahkan saya, karena nggak mau menanggapi laporan saya," lanjutnya dengan suara yang semakin terdengar getir.
Rasa kecewa yang mendalam dan perasaan tidak dihargai inilah yang diduga menjadi pemicu utama tindakan nekatnya membakar rumah istrinya.
Meski pengakuan pria ini telah menyebar luas di media sosial, hingga saat ini belum diketahui pasti di mana lokasi rumah yang dibakar tersebut.
BACA JUGA:Siapa Sukatno? Energi Baru untuk Bengkulu yang Sekarang Ramai Dibicarakan, Ini Perjalanannya
Namun, dugaan kuat muncul bahwa jika pria ini menyerahkan diri ke Polsek Sukomanunggal, maka lokasi kejadian mungkin masih berada di wilayah hukum kantor polisi tersebut.
Keberadaan pria ini serta kondisi rumah yang dibakar menjadi pertanyaan besar yang masih menunggu jawaban.
Sementara itu, Kapolsek Sukomanunggal, Kompol Zainur Rofik, saat dikonfirmasi oleh pihak media mengatakan bahwa hingga kini pihaknya belum menerima laporan resmi terkait kejadian ini.
"Belum ada laporan ke saya. Saya cek dulu," ucapnya singkat. Pernyataan ini menunjukkan bahwa pihak kepolisian masih dalam tahap pengecekan dan belum mendapatkan informasi lengkap mengenai kasus ini.
Jika laporan pria ini benar adanya, maka kemungkinan besar kasus ini akan diproses lebih lanjut oleh pihak kepolisian.
Tindakan nekat pria ini juga menjadi peringatan bagi semua pihak tentang pentingnya peran masyarakat dan perangkat kampung dalam merespons laporan atau keluhan warga, terutama yang berkaitan dengan masalah rumah tangga yang sensitif.
Meskipun rasa sakit hati bisa sangat mendalam, tindakan kekerasan atau merusak properti bukanlah solusi yang bijak dan justru dapat menimbulkan masalah hukum yang lebih besar.