Sejarah Perjalanan Tongkat Cokro Pangeran Diponegoro, 183 Tahun di Belanda Sampai Kembali ke RI

Senin 02-09-2024,09:15 WIB
Reporter : novan alqadri
Editor : ahmad afandi

Tongkat ini memiliki gagang besi ukir berbentuk Cakra yang dibuat khusus merujuk senjata Dewa Wisnu dalam mitologi Jawa

BACA JUGA:Riwayat Tongkat Kiai Cokro Pangeran Diponegoro, Pusaka untuk Perjalanan Spiritual

Tongkat Kiai Cokro sangat unik karena memiliki kepala berbentuk lingkaran, ternyata itu adalah simbol matahari yang dilengkapi dengan bintang serta bulan.

Simbol tersebut lambang dari pergerakan melawan kezaliman dan harapan untuk mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat bagi pangeran Diponegoro dan pengikutnya.

Setelah lebih dari 183 tahun 'merantau' ke Belanda, tongkat Kiai Cokro yang dimiliki Pangeran Diponegoro 'pulang' ke Indonesia pada 2015 lalu. Cerita tentang kesaktian tongkat yang kini berada di Galeri Nasional, 

Semua bermula dari ditangkapnya Diponegoro pasca-Perang Jawa (1825-1830). Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang bertugas pada 1833-1836, Jean Chretien Baud kemudian mendapatkannya dan menjadikan koleksi keluarga. Pihak keluarga keturunannya itulah yang kemudian memutuskan untuk mengembalikan tongkat tersebut ke Tanah Air.

“Kami ahli waris Jean Chretien Baud mengembalikan tongkat Kanjeng Kiai Cokro yang dimiliki Pangeran Diponegoro. Dulu tongkat ini diterima leluhur kami sebagai hadiah dalam sebuah masa yang bergejolak dan hubungan kekuasaan kolonial,” ungkap Erica dan Michael, keturunan Baron Baud sebagaimana diungkap di situs Kemendikbud.

BACA JUGA:Kesaktian Tongkat Bung Karno, Diacungkan ke Muka Penjajah Langsung Tertunduk Ciut

FYI, Kiai Cokro sebenarnya adalah satu dari sekian banyak pusaka Pangeran Diponegoro yang dipakai saat melawan penjajah. Selain tongkat tersebut, ada juga keris Kanjeng Kiai Bondoyudo, keris Kiai Nogo Siluman, serta Wedung Kiai Wreso Gumilar. Tapi, khusus untuk Kiai Cokro, kabarnya hanya dipakai Pangeran Diponegoro saat momen-momen tertentu saja.

“Kalau keris Kanjeng Kiai Bondoyudo kan selalu mendampingi Pangeran Diponegoro sampai akhir hayat. Nah, Kanjeng Kiai Cokro ini beda, yaitu sebagai pusaka piandel yang hanya dipakai saat momen-momen khusus saja,” cerita Sekretaris Umum Paguyuban Trah Pangeran Diponegoro Pandu Setyawan sebagaimana dilansir dari Sindonews.

Tongkat Kiai Cokro sangat unik karena memiliki kepala berbentuk lingkaran. Ternyata, itu adalah simbol matahari yang dilengkapi dengan empat bintang serta dua bulan. Simbol tersebut adalah lambang dari pergerakan melawan kezaliman dan harapan untuk mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat bagi Pangeran Diponegoro dan pengikutnya.

Sementara itu, nama 'cokro' diambil dari nama senjata Dewa Wisnu, yaitu Cakra. Nama ini diambil dari bentuk lingkaran di kepala tongkat yang memang mirip dengan senjata Dewa Wisnu tersebut.

Penamaan senjata ini juga dikaitkan dengan mitologi Jawa yang mempercayai datangnya Ratu Adil atau Erucakra, pembebas sekaligus pembawa kesejahteraan bagi warga Jawa. Oleh karena itulah, panji yang dipakai pasukan Diponegoro juga menyematkan simbol cakra, tepatnya cakra yang dihiasi panah menyilang.

BACA JUGA:Keistimewaan Tongkat Monyet dan Peci Hitam Bung Karno yang Bikin Penjajah Tertunduk

“Sebelum dipakai pada Perang Jawa, tongkat ini juga selalu dibawa Pangeran Diponegoro setiap kali berziarah ke tempat suci untuk memohon berkah atas kegiatannya,” ungkap Nebojsa Djordevic, sejarawan yang meneliti tentang Pangeran Diponegoro dari Serbia sebagaimana dikutip dari Detik.

Demikianlah ulasan, Sejarah perjalanan Tongkat Cokro Pangeran Diponegoro, 183 tahun di Belanda sampai kembali ke RI.

Kategori :