Jika kedua segmen ini akhirnya lepas, para pakar memprediksi bahwa gempa yang dihasilkan bisa mencapai kekuatan magnitudo 8,9 untuk segmen Mentawai-Siberut dan magnitudo 8,7 untuk segmen Selat Sunda-Banten.
Mitigasi dan Kesiapsiagaan
Mengingat potensi bencana yang sangat besar ini, BMKG telah mengambil berbagai langkah mitigasi untuk meminimalkan dampak dari gempa Megathrust.
Salah satu langkah penting adalah pemasangan sensor seismograf di 533 lokasi yang tersebar di sepanjang zona-zona Megathrust di Indonesia.
Sensor-sensor ini dilengkapi dengan sirine yang akan berbunyi jika terdeteksi adanya gempa besar, memberikan peringatan dini kepada masyarakat untuk segera melakukan evakuasi.
Informasi yang diperoleh dari sensor-sensor ini kemudian diteruskan oleh BMKG ke pemerintah daerah, yang bertugas untuk melakukan mitigasi lebih lanjut.
BACA JUGA:Table Pinjaman BRI Rp 50 Juta, Angsuran Mulai Rp 1 Jutaan Per Bulan, Begini Cara Dapatnya!
Dengan sistem peringatan dini ini, diharapkan masyarakat dapat langsung mengetahui kekuatan gempa yang terjadi dan apakah gempa tersebut berpotensi menimbulkan tsunami.
Tinggi tsunami yang diprediksi, serta waktu kedatangannya, juga dapat diketahui, sehingga masyarakat bisa mempersiapkan diri dan mengungsi ke zona aman sebelum tsunami tiba.
Dwikorita menjelaskan bahwa peringatan dini ini tidak hanya berlaku untuk gempa di zona Megathrust, tetapi juga untuk tsunami yang mungkin terjadi akibat gempa tersebut.
Informasi mengenai potensi tsunami, termasuk ketinggian gelombang dan waktu kedatangannya, disampaikan kepada masyarakat agar mereka dapat segera mengevakuasi diri ke tempat yang lebih aman.
Harapannya, dengan adanya peringatan dini ini, jumlah korban jiwa akibat bencana bisa diminimalkan atau bahkan dihindari sepenuhnya.
BACA JUGA:Daftar Gaji Pemain Timnas Sepak Bola Indonesia, Segini Jatah Bonusnya
Indonesia: Negara Rawan Bencana
Selain ancaman gempa bumi dan tsunami, Indonesia juga menghadapi berbagai bencana alam lainnya, seperti perubahan iklim, cuaca ekstrem, dan letusan gunung berapi.
Dwikorita menekankan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang menghadapi ancaman multi hazard, yaitu berbagai jenis bencana alam yang bisa terjadi secara bersamaan atau berurutan. Jika tidak ditangani dengan serius, bencana-bencana ini bisa berdampak sangat besar terhadap masyarakat.