Kondisi ini menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara dengan risiko bencana gempa yang sangat besar.
"Indonesia berada di pertemuan 3 lempeng utama dunia. Yaitu Indo Australia, Pasifik, dan Eurasia. Dampaknya, Indonesia memiliki 13 segmen megathrust, yaitu sumber gempa yang mampu memicu gempa besar. Tak hanya itu. Terdapat 295 segmen sesar aktif yang sudah teridentifikasi. Namun, masih banyak lagi yang belum teridentifikasi. Kondisi itu menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara rawan gempa," kata Kepala Pusat Gempa bumi dan Tsunami BMKG Daryono.
BACA JUGA:Ajak Warga Memakmurkan Masjid, Pendakwah Asal Pakistan Malah Disuguhkan Miras Tradisional
"Sampai saat ini, lanjut dia, juga masih banyak sumber gempa atau sesar yang belum terpetakan. Dia pun mengingatkan potensi-potensi gempa merusak yang sebenarnya masih belum dikenal. Termasuk, gempa-gempa dengan kedalamnan di atas 300 km di bawah laut (gempa deep focus) yang sampai saat ini pemicunya masih dalam perdebatan," ungkap Daryono.
Namun, masih banyak sesar aktif lainnya yang belum teridentifikasi, yang menambah kompleksitas dan risiko kegempaan di Indonesia.
Apa itu Megathrust dan Bagaimana Dampaknya?
Megathrust adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan zona subduksi di mana dua lempeng tektonik bertabrakan, dan slah satu lempeng menyusup ke bawah lempeng lainnya.
Proses ini menyebabkan penumpukan energi dalam jumlah besar di sepanjang zona tersebut. Ketika energi ini dilepaskan, terjadilah gempa bumi yang sangat kuat, yang dikenal sebagai gempa Megathrust.
Karena sifatnya yang sangat besar, gempa ini juga dapat memicu tsunami dengan ketinggian gelombang yang bervariasi, tergantung pada kekuatan dan lokasi gempa.
BACA JUGA:Pendaftaran CPNS 2024 Diperpanjang 4 Hari, Awas Ketipu E-Meterai Palsu, Ini Cara Membedakannya
Dwikorita Karnawati, Kepala BMKG, menjelaskan bahwa di zona Megathrust, terdapat kontak antara dua lempeng tektonik di kedalaman dangkal, kurang dari 50 km di bawah permukaan laut.
Tumbukan ini menyebabkan lempeng yang berada di atas melengkung ke atas, dan ketika lengkungan ini patah, energi yang telah terkumpul ratusan tahun pun terlepas, menyebabkan gempa besar.
Namun, tidak semua gempa Megathrust menghasilkan gempa dengan magnitudo besar. Ada kalanya gesekan antara lempeng-lempeng ini terjadi secara perlahan dan tidak serentak, sehingga hanya menghasilkan gempa dengan magnitudo kecil.
Meski demikian, gempa-gempa kecil ini tetap harus dipantau dan dicatat karena bisa menjadi indikasi bahwa gempa besar akan terjadi di masa depan.
BMKG telah mencatat adanya dua segmen Megathrust di Indonesia yang saat ini belum melepaskan energi yang telah terkumpul selama ratusan tahun, yaitu segmen Selat Sunda-Banten dan segmen Mentawai-Siberut.
BACA JUGA:Ini Kriteria Pekerja yang Bakal Dipotong Gaji untuk Program Pensiun dari Pemerintah, Siapa Saja?