Salah seorang petani di wilayah Kelurahan Kemumu, Kecamatan Arma Jaya, Sarlisman, mengatakan kalau biaya produksi tanaman padi nyaris tidak tertutup ketika musim panen.
Biaya produksi yang tinggi itu ada pada pupuk, saat ini banyak petani yang mengeluhkan terbatasnya kuota pupuk subsidi dari pemerintah, sehingga petani harus menutupinya dengan pupuk non subsidi yang harganya selangit.
“Intinya keluhannya pupuk, itu yang jadi kendala utama. Kita tidak tahu masalahnya di pemerintah pusat apa di mana, pada intinya sampai kepada petani semacam inilah, jatah selalu dikurangi. Harga pupuk non subsidi naik terus,” ujar Salrisman.
BACA JUGA:Uang Rp 34 Juta Dalam Rekening Hilang, Kok Bisa?
Maka Sarlisman berharap kepada anggota DPRD Bengkulu Utara yang terpilih dan dilantik besok, untuk dapat memperhatikan nasib para petani dengan mengawal kebijakan-kebijakan pemerintah di sektor pertanian.
“Harapan saya kalau nanti sudah dilantik, minta tolonglah perhatiannya. Seperti pupuk, permohonan petani menjadi lancar, harga gabah kalau bisa distabilkan dengan harga beras. Puluhan tahun keluhan petani semacam itulah yang diperlukan,” kata Sarlisman.
Hal senada juga disampaikan Sri Lestari, yang berharap agar masyarakat petani sawah dapat dipermudah dalam memperoleh pupuk subsidi.
BACA JUGA:Terbaru, Segini Gaji Pegawai BPJS Kesehatan 2024, Cek Rincian Tunjangan yang Didapat
Selain itu, melalui legislatif juga dapat mengawal program peningkatan sarana dan prasarana penunjang kegiatan pertanian, serta program yang mampu menekan biaya produksi pertanian khususnya padi.
“Petani cuma bisanya minta tolong dipermudah kebutuhan petani itulah. Tolonglah dipikirkan masyarakat kecil, jangan yang itu-itu aja,” kata Sri.
(Novan Alqadri)