Sementara itu, pada Juli hingga Desember 2024, uji coba dilakukan untuk sektor non-otomotif, termasuk kereta api, angkutan laut, alat mesin pertanian, pembangkit listrik, serta alat berat dan mesin pertambangan.
BACA JUGA:Kondisi Lagi Genting, Para Preman Ini Malah Hadang Petugas Damkar yang Menuju Lokasi Kebakaran
Per Agustus 2024, realisasi biodiesel di Indonesia mencapai 8,21 juta kiloliter (KL), atau sekitar 59% dari alokasi sebesar 13,4 juta KL.
Angka ini menunjukkan bahwa Indonesia telah berada di jalur yang tepat dalam memenuhi target penggunaan biodiesel untuk tahun 2024.
Bob Azam, Wakil Presiden PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMIIN), menyebut bahwa langkah Indonesia dalam mengimplementasikan program B40 adalah terobosan yang unik dan belum ada tandingannya di negara lain.
"Seluruh dunia maksimum B7, hanya di Indonesia bisa B35, B40, dan ini diendorse oleh JAMA (Japan Automobile Manufacturers Association). Negara lain tidak ada yang seperti ini," ungkap Bob dalam acara Media Diskusi Bioetanol dan FFV Test Drive, Kamis (5/9/2024).
BACA JUGA:Peluang Besar, Seleksi CPNS 2024 di Seluma untuk Formasi Dokter Spesialis Minim Pelamar
Selain program B40, pemerintah juga akan mulai mengeksplorasi sumber energi terbarukan lain, salah satunya bioetanol.
Bioetanol merupakan bahan bakar yang dihasilkan dari fermentasi tanaman seperti tebu, singkong, kentang, dan jagung.
Penggunaan bioetanol memiliki manfaat signifikan, terutama dalam mengurangi emisi gas CO, sehingga dapat digunakan baik sebagai bahan bakar utama maupun sebagai campuran dalam bahan bakar premium.
BACA JUGA:Happy Asmara Mendadak Ganti Nama, Ini Sederet Alasan Sebenarnya Perubahan Nama
Bob menambahkan bahwa meskipun sejarah pengembangan bioetanol di Indonesia berbeda dengan biosolar, potensi dalam negeri untuk produksi bioetanol cukup besar.
"Kita mau masuk bioetanol, sejarahnya agak beda dengan biosolar, bioetanol banyak diimpor, tapi potensi dalam negeri besar. Kita sudah bicara dengan penghasilnya di Lampung, sumbernya bisa dari singkong (cassava) dan tanaman lainnya," jelasnya.
BACA JUGA:Kuota Subsidi Motor Listrik 2024 Tersisa Hanya Segini, Beli Sekarang Sebelum Kehabisan
Di sisi lain, Eddy Abdurrahman, Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), menjelaskan bahwa kebutuhan dana untuk mendukung industri sawit semakin besar.
Sebagai contoh, kebutuhan sawit untuk program B35 saja sudah mencapai 13,4 juta KL, sementara untuk B40, angka tersebut diproyeksikan meningkat menjadi 16 juta KL.