BACA JUGA:Bansos Rp 400 Ribu Cair Dipercepat di Bulan September 2024, Ini Komponen yang Berhak Menerima
4. Kronologi Kejadian
Diketahui, pesawat tersebut bertolak dari Bandara Frans Kaisepo Biak menuju Serui. Setelah tiba, pesawat hendak take off sekira pukul 10.00 WIT, namun tergelincir di ujung bandara.
Semua penumpang sedang dievakuasi di rumah jabatan dan IGD Serui. Dugaan awal, yakni adanya kendala teknis yang menyebabkan pesawat keluar dari jalur landasan. Meski begitu, penyelidikan lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui penyebab pasti kecelakaan pesawat ini.
"Kami sedang mendalami peristiwa ini dan berkoordinasi dengan pihak terkait untuk mencegah kejadian serupa di masa mendatang," kata Kapolres Kepulauan Yapen.
BACA JUGA:Pendaftaran Ditutup Hari Ini, Kapan Pengumuman Hasil Seleksi Administrasi CPNS 2024?
Kompol Ardyan Ukie Hercahyi menambahkan, pihak kepolisian telah menghubungi otoritas penerbangan dan teknisi untuk memeriksa kondisi pesawat dan landasan.
Investigasi menyeluruh pun diharapkan dapat mengungkap penyebab tergelincirnya pesawat dan memastikan langkah-langkah perbaikan di masa depan.
Berikut rangkuman informasi mengenai profil Trigana Air yang tergelincir di Bandara Serui, Papua.
Trigana Air memulai operasi dengan 2 pesawat sayap tetap jenis Beechcraft SUPER-KING AIR B-200C (SKA B-200C) pada awal 1991. Mereka juga memiliki 2 helikopter baru berjenis Bell-412SP, yang diproduksi oleh PT Dirgantara Indonesia Bandung.
“Pada akhir tahun tersebut, Trigana Air Service dengan cepat merespons permintaan yang tinggi akan kebutuhan dukungan udara untuk transportasi di Indonesia,” seperti dikutip dari situs resmi Trigana Air pada Senin, 9 September 2024.
Saat itu, klien pertama Trigana Air adalah PT Mapindo yang menggunakan SKA B-200 untuk pemetaan foto kehutanan di seluruh kepulauan Indonesia pada Maret 1991.
Kegiatan itu merupakan pemotretan udara dengan presisi tinggi dan terbaik yang pertama dilakukan di Indonesia. Keberhasilan proyek itu mendorong Trigana Air untuk menambah 3 pesawat baru untuk layanan yang sama.
Operasi lain yang berbeda kemudian dikembangkan dengan diperkenalkannya helikopter NBell-412 SP pada bulan November 1991. Pesawat ini dioperasikan atas nama MAXUS Oil (Perusahaan Eksplorasi Minyak yang dikontrak oleh PT. Pertamina) di Pabelokan, Kepulauan Seribu, lepas pantai, utara Jakarta.
Setahun kemudian, sebuah helikopter berjenis Bell 412 ditambahkan. Helikopter-helikopter tersebut kemudian digunakan untuk mengangkut kru dan logistik, dengan standar operasi dan pemeliharaan yang sangat tinggi.