BACA JUGA:Casio G-SHOCK GD010 dan G-SHOCK GA010, Jam Tangan dengan Daya Tahan Baterai hingga 10 Tahun
Meskipun tidak seramai masa lalu, tetapi nyatanya masih banyak orang yang mengunjungi rumah Ponari untuk berobat.
Jumlah pasien yang mengunjunginya sekitar 9 pasien setiap bulan, di mana mereka biasa berkunjung di akhir pekan.
Ponari juga mengungkap pengobatan batu petir masih memakai teknik sama seperti pada masa lalu, yaitu mencelupkan batu ke air minum yang dibawa oleh pengunjung.
Air itu selanjutnya bakal dioleskan ke bagian tubuh yang sakit, ataupun bisa diminum.
Sementara untuk biaya, Ponari masih menerapkan tarif yang sama seperti masa dia masih kecil, yakni seikhlas pengunjung.
Adapun syarat melakukan pengobatan batu petir ala Ponari adalah pengunjung membawa air putih.
Mereka juga bisa datang langsung ke rumahnya, atau membuat janji terlebih dahulu.
Sejauh ini, pengunjung yang datang untuk pengobatan batu petir Ponari memiliki beragam penyakit. Mulai dari diabetes hingga sakit pada kaki.
BACA JUGA:Lowongan Kerja LPS 2024, Pendaftaran via Link Sebelum Tanggal 25 September 2024
Ponari sendiri sekarang sudah memiliki pekerjaan tetap, sehingga layanan pengobatan batu petir hanya dilakukan di hari libur. Ia bekerja di sebuah gudang ayam yang terletak di Jombang.
Sebagai informasi, batu yang dipakai Ponari itu memiliki ukuran sebesar tangan. Konon, batu yang ditemukan Ponari itu berasal dari petir yang menyambar pada Januari 2009.
Saat itu, Ponari yang masih duduk di bangku kelas 3 SDN Balongsari I sedang bermain hujan bersama teman-temannya. Tiba-tiba petir menyambar dengan suara keras dan menyambar di dekat Ponari.
BACA JUGA:Update Harga Baterai Lithium Suzuki Ertiga Hybrid Terbaru 2024, Investasi untuk Kendaraan Masa Depan
Petir tersebut datang beserta batu yang hampir mengenai kepala Ponari. Kala itu, Ponari mengaku ia mengambil batu tersebut karena memancarkan cahaya biru.