Melihat kondisi Rindu yang semakin memburuk, Yuliana membawa anaknya ke klinik setempat. Selain demam, kaki Rindu juga mulai membengkak, yang menambah kekhawatiran keluarga.
Meskipun sudah mendapatkan perawatan di klinik, kondisi kesehatan Rindu tidak menunjukkan perbaikan signifikan, dan ia belum bisa kembali ke sekolah.
Pada hari Selasa, 24 September, Yuliana mendatangi sekolah Rindu untuk meminta izin dan memberikan informasi mengenai kondisi anaknya yang kian memburuk.
BACA JUGA:Bikin Heboh Warga, Ular Sanca Ukuran Jumbo Keluar dari Kolam Ikan
Namun, Rindu masih belum sembuh, dan akhirnya keluarga membawanya kembali ke klinik pada Rabu, 25 September. Pihak klinik kemudian merujuk Rindu ke RSU Sembiring Deli Tua karena kondisi kesehatannya yang semakin kritis.
Dua hari kemudian, pada Kamis pagi, 26 September, sekitar pukul setengah tujuh pagi, Rindu dinyatakan meninggal dunia.
"Hari Rabu anak saya drop, saya bawa ke klinik lagi. Klinik merujuk ke RS Sembiring, hari Kamis pagi setengah 7 kurang, anak saya sudah tidak ada lagi, meninggal dunia," ujar Yuliana dengan suara bergetar.
BACA JUGA:Gudang Meubel Terbakar Saat Pemilik Jemput Anak Sekolah, Diduga Akibat Korsleting Listrik
Permintaan Keluarga untuk Guru yang Menghukum
Menurut pengakuan Yuliana, sebelum meninggal, anaknya sempat menceritakan bahwa ia dihukum oleh guru agamanya dengan squat jump 100 kali karena tidak bisa menghafal materi yang diberikan.
Rindu juga sempat meminta kepada ibunya agar sang guru yang menghukumnya dijatuhi hukuman agar kejadian serupa tidak terjadi pada siswa lainnya.
Namun, Yuliana mengungkapkan bahwa hingga saat ini tidak ada tindakan atau tanggapan dari pihak sekolah terkait kematian anaknya. Ia juga merasa kecewa karena pihak sekolah seolah-olah tidak bertanggung jawab atas kejadian tersebut.
BACA JUGA:Nyaris Timbul Korban Jiwa, Pria Ini Mengamuk dan Bawa Sajam di Pernikahan Mantan Istri
Keberatan Terhadap Autopsi
Keluarga Rindu sudah mendatangi kantor polisi untuk melaporkan kematian anaknya. Namun, pihak kepolisian meminta agar dilakukan autopsi terlebih dahulu untuk mengetahui penyebab pasti kematian Rindu.
Yuliana dan keluarganya merasa keberatan dengan permintaan tersebut. Mereka mengaku tidak tega jika jasad Rindu harus diotopsi, sehingga akhirnya keluarga urung membuat laporan resmi kepada polisi.