Qatadah menyebutkan bahwa kaum yang ditemui Zulkarnain dalam perjalanan ke timur tinggal di tanah yang tidak bisa menumbuhkan sesuatu apapun. Apabila matahari telah terbit, mereka bersembunyi di liang-liang. Mereka keluar dan bekerja saat matahari terbenam.
BACA JUGA:Subhanallah, Ada ‘Sahabat’ Nabi Muhammad yang Masih Hidup Sampai Sekarang
Membangun benteng untuk kaum yang terancam Ya'juj dan Ma'juj
“ (92) Kemudian dia menempuh suatu jalan (yang lain lagi). (93) Hingga ketika dia sampai di antara dua gunung, didapatinya di belakang (kedua gunung itu) suatu kaum yang hampir tidak memahami pembicaraan. (94) Mereka berkata, “Wahai Zulkarnain! Sungguh, Yakjuj dan Makjuj itu (makhluk yang) berbuat kerusakan di bumi, maka bolehkah kami membayarmu imbalan agar engkau membuatkan dinding penghalang antara kami dan mereka?” (95) Dia (Zulkarnain) berkata, “Apa yang telah dianugerahkan Tuhan kepadaku lebih baik (daripada imbalanmu), maka bantulah aku dengan kekuatan, agar aku dapat membuatkan dinding penghalang antara kamu dan mereka. (96) Berilah aku potongan-potongan besi!” Hingga ketika (potongan) besi itu telah (terpasang) sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, dia (Zulkarnain) berkata, “Tiuplah (api itu)!” Ketika (besi) itu sudah menjadi (merah seperti) api, dia pun berkata, “Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar kutuangkan ke atasnya (besi panas itu).” (97) Maka mereka (Yakjuj dan Makjuj) tidak dapat mendakinya dan tidak dapat (pula) melubanginya. (98) Dia (Zulkarnain) berkata, “(Dinding) ini adalah rahmat dari Tuhanku, maka apabila janji Tuhanku sudah datang, Dia akan menghancurluluhkannya; dan janji Tuhanku itu benar.” (99) Dan pada hari itu Kami biarkan mereka (Yakjuj dan Makjuj) berbaur antara satu dengan yang lain, dan (apabila) sangkakala ditiup (lagi), akan Kami kumpulkan mereka semuanya. ”
Disebutkan bahwa Zulkarnain sampai di suatu tempat yang terdapat dua gunung berdampingan. Di antara kedua gunung tersebut terdapat celah yang digunakan Ya'juj dan Ma'juj untuk masuk. Ya'juj dan Ma'juj adalah kaum yang disebutkan suka berbuat kerusakan.
BACA JUGA:Dukhan Tanda Kiamat, Keterangan Para Imam dan Kajian Sains
Sebagian ulama menyebutkan bahwa mereka adalah keturunan Yafits bin Nuh. Kaum yang mendapat kezaliman dari Ya'juj dan Ma'juj kemudian meminta tolong Zulkarnain untuk membuatkan sebuah dinding pembatas di antara mereka agar Ya'juj dan Ma'juj tidak bisa keluar mengganggu mereka.
Beberapa penafsir dan sejarawan Muslim telah berusaha mengidentifikasi jati diri Zulkarnain dengan beberapa tokoh sejarah.
Aleksander Agung
Pendapat paling masyhur menyebutkan bahwa Aleksander Agung adalah Zulkarnain yang disebutkan dalam Al-Qur'an. Namanya biasanya dieja sebagai 'Iskandar' dalam literatur Muslim dan dia sering juga disebut dengan Iskandar Zulkarnain. Aleksander Agung adalah Raja Makedonia yang berkuasa pada 336–323 SM dan menjadi penguasa atas kawasan Balkan selatan, Anatolia, Syam, Iran, sebagian Asia Tengah, Mesir, dan India barat laut.
Terdapat perbedaan pendapat terkait Aleksander dan julukan Zulkarnain. Ath-Thabari menyatakan bahwa Aleksander dijuluki Zulkarnain dalam Al-Qur'an lantaran dia pergi dari satu ujung (tanduk) dunia ke ujung yang lain.
Perjalanan Zulkarnain ke barat sampai ke laut berlumpur hitam disebutkan memiliki kemiripan dengan "laut beracun" yang dijumpai Aleksander dalam Roman Aleksander.
Namun sebagian penafsir Muslim menolak bahwa Aleksander adalah Zulkarnain, seperti Ibnu Katsir, Ibnu Taimiyyah, dan Naser Makarem Syirazi. Hal ini lantaran Zulkarnain menyembah satu Tuhan,