Motif Ayah Tega Sandera Anaknya yang Berusia 7 Tahun di Pasar Minggu

Selasa 29-10-2024,15:11 WIB
Reporter : Tianzi Agustin
Editor : Septi Widiyarti

NASIONAL, RBTVCAMKOHA.COM – Motif ayah tega sandera anaknya yang berusia 7 tahun di Pasar Minggu.

Di tengah hiruk-pikuk kehidupan, di mana kesibukan sehari-hari menyelimuti setiap sudut jalan, sebuah peristiwa tragis terjadi yang mengguncang masyarakat.

BACA JUGA:Rincian Harta Kekayaan Prabowo Subianto, Tidak Punya Utang

Seorang ayah, yang seharusnya menjadi pelindung dan penjaga bagi anaknya, justru terjerumus dalam tindakan kejam dengan menyandera putranya sendiri.

Pada tanggal 28 Oktober 2024, sebuah insiden menggugah di Pospol Pejaten Village, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, menarik perhatian banyak orang dan menjadi sorotan di berbagai media.

Peristiwa ini tidak hanya mengejutkan warga sekitar, tetapi juga menggugah berbagai pertanyaan mendalam mengenai kondisi sosial dan kesehatan mental yang melanda masyarakat kita.

BACA JUGA:Diberdayakan BRI, Bisnis Klaster Petani Salak Ini Melejit!

Menurut informasi dari Kapolsek Pasar Minggu, Kompol Anggiat Sinambela, proses penyanderaan berlangsung selama sekitar 15 menit sebelum polisi berhasil melakukan negosiasi dan menyelamatkan korban.

“Hitungan menit (korban disandera, nggak lama, kita nego aja. (Negosiasi) sekitar 15 menit,” ungkapnya.

Dalam waktu singkat itu, situasi tegang ini melibatkan pelaku, yaitu IJ (54 tahun), dan anaknya S (7 tahun), menarik perhatian warga dan pengguna jalan yang melihat kejadian tersebut.

Pelaku mengancam nyawa anaknya dengan menodongkan pisau ke leher S, sebuah tindakan yang sangat mencengangkan dan sulit dicerna oleh akal sehat.

BACA JUGA:Transaksi Melalui BRImo Makin Mudah dan Aman dengan Fitur QRIS Transfer

Kejadian tersebut terjadi sekitar pukul 10.00 WIB dan langsung menjadi tontonan masyarakat sekitar. Dalam video yang beredar di media sosial, terlihat bagaimana arus lalu lintas terhenti dan banyak orang yang penasaran melihat insiden ini.

Suara perekam video yang berteriak, "Allahu Akbar, lehernya (ditodong)," semakin menambah suasana panik di lokasi.

Apa yang seharusnya menjadi momen damai di pos polisi, justru berubah menjadi ketegangan luar biasa, mengingatkan kita pada sisi kelam dari kehidupan sehari-hari.

Kategori :