2. Massuro atau Madduta (Melamar)
Setelah waktu lamaran ditentukan, kedua keluarga mulai mempersiapkan acara. Pihak laki-laki mengirimkan rombongan yang terdiri dari kerabat dekat dan juru bicara (pabbicara) untuk melamar secara resmi.
Pihak perempuan juga menyiapkan rombongan dan juru bicara. Dalam acara ini, kedua belah pihak akan saling bernegosiasi tentang jumlah "uang panai" (uang pesta) yang biasanya bervariasi tergantung status sosial.
Uang panai ini menjadi simbol persetujuan, dan jika pihak laki-laki setuju, maka tanggal pernikahan akan dibicarakan.
BACA JUGA:Diskon Daihatsu Ayla Akhir Tahun 2024, Ada Potongan Harga Puluhan Juta
3. Mappenre Dui/Mappetu Ada (Menyerahkan Uang Pesta dan Menentukan Tanggal)
Pada tahap ini, uang panai diserahkan oleh pihak laki-laki kepada pihak perempuan bersama dengan sompa (hadiah persembahan). Rombongan dari pihak laki-laki akan membawa "bosara" (tempat khas Bugis) yang berisi barang-barang perhiasan dan perlengkapan pengantin.
Acara ini dianggap sebagai bagian dari pesta adat dan menjadi simbol bahwa pihak laki-laki siap menikahi gadis tersebut. Setelah proses ini, tanggal pernikahan akan diputuskan. Kadang-kadang, akad nikah bisa dilakukan bersamaan dengan acara ini, atau bisa ditunda sesuai kesepakatan.
BACA JUGA:Rupanya Ini Pembobol Showroom Mokas di Desa Pulo Geto Kepahiang
Selain, melamar suku Bugis juga ada ragam banyaknya. Beberapa tradisi unik Suku Bugis, di antaranya:
1. Map Palette Bola (Pemindahan Rumah Adat Suku Bugis)
Ini adalah tradisi pemindahan rumah adat Bugis yang biasanya dilakukan dalam rangka peresmian rumah baru atau ketika seseorang ingin pindah ke rumah baru.
Rumah adat Bugis (disebut tongkonan) dipindahkan dengan cara gotong royong, melibatkan banyak orang dari keluarga dan masyarakat sekitar. Proses pemindahan ini melibatkan ritual dan doa agar rumah baru membawa berkah dan keberuntungan bagi pemiliknya.
BACA JUGA:Jangan Buru-buru Panggil Damkar, Coba Cara Ini untuk Mengatasi Sarang Tawon di Rumah
2. Mappadendang (Pesta Tani)
Mappadendang adalah pesta yang diadakan oleh masyarakat Bugis sebagai bentuk syukur atas hasil panen mereka. Biasanya, pesta ini dilakukan pada malam hari, setelah sholat Maghrib, dengan diiringi musik tradisional dan tarian.