BACA JUGA:Perbanyak Zikir Ini, Ganjarannya Pohon di Surga
"Dari pemeriksaan psikologis terdapat beberapa korban yang mengalami gangguan tidur, ada perubahan emosi setelah kejadian pelecehan yang dialami," kata Syam Wuryani.
Secara fisik, korban masih dapat diajak berkomunikasi dan menceritakan kejadian yang dialami. Sehari-hari korban beraktivitas seperti biasa, mereka bersosialisasi dengan teman-temannya seperti main bola, bercanda dengan teman-teman sebayanya.
BACA JUGA:Masih Terlilit Utang Segunung, Kata UAH Ini Amalan dan Doa Insyaallah Segera Lunas
Keluarga korban memiliki kondisi sosial ekonomi yang beragam. Ada yang mampu, namun sebagian kurang mampu dan ada yang sudah masuk dalam DTKS. Rata-rata pekerjaan orang tua korban sebagai petani sawit dan buruh.
"Saat ini keluarga masih fokus untuk pemulihan kondisi psikososial anak serta proses hukum pelaku yang sedang berlangsung," katanya.
Untuk memulihkan kondisi psikis korban dan orangtua, bersama RSKJ Soeprapto Bengkulu dan Ikatan Psikolog Klinis (IPK) Indonesia Wilayah Bengkulu , Tim Sentra berkolaborasi dan mendatangkan Wendri Surya Pratama, M.Psi (Psikolog), dr. Norevia Euleryn, SPKJ (Psikiater) dan Lucy Marturia Bangun, SPKJ (Psikiater).
BACA JUGA:Pantang Menyerah, 5 Tanggal Lahir Ini Bakal Dapat Rezeki Seperti Durian Runtuh Dalam Waktu Dekat
"Sebanyak 30 orang korban menjalani pendampingan psikis dan 30 orang tua menjalani parenting skill. Selama pendampingan psikis Psikolog dan psikiater terus mencoba menggali informasi terhadap korban," tambahnya.