7. Industri Pertambangan yang Berkembang
Sementara itu, Wilayah Selatan Wonogiri saat ini menjadi pusat perhatian dengan pembukaan industri pertambangan yang semakin berkembang. Industri pertambangan ini telah membuka berbagai peluang ekonomi bagi masyarakat setempat.
Hal itu termasuk lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi yang signifikan. Dengan adanya tambang yang menghasilkan berbagai jenis mineral dan bahan baku.
Wilayah Selatan Wonogiri telah bertransformasi menjadi pusat aktivitas ekstraksi yang memberikan dampak positif bagi perkembangan daerah tersebut.
Namun, perlu diperhatikan pula pentingnya menjaga dampak lingkungan dan sosial yang mungkin timbul akibat pertumbuhan industri ini untuk memastikan keberlanjutan dan kesejahteraan komunitas setempat.
Nah, itulah fakta-fakta unik tentang Wonogiri yang tidak hanya dikenal sebagai kota penghasil singkong, tetapi juga terdapat sederet hal menaik lainya.
BACA JUGA:Maaf! 2025 Ini Pemkab Seluma Tak Bisa Lagi Rekrut Tenaga Honorer Baru
Macam-macam Kebudayaan Khas Wonogiri
Selain hal unik, ada beragam kebudayaan khas Wonogiri lainya yang akan kita bahas di sini. Langsung saja yuk kenali beberapa kebudayaannya berikut:
1. Karawitan
Dilansir dari finansialku.com, Karawitan merupakan salah satu kesenian yang terkenal di Pulau Jawa, salah satunya di Wonogiri. Jadi, kesenian ini merupakan seni gamelan dan suara dengan tangga nada slendro dan pelog.
Karawitan berasal dari kata rawit dalam bahasa Jawa, yang artinya halus dan lembut. Maka, karawitan dapat dimaknai sebagai kelembutan perasaan yang terkandung pada seni gamelan.
Kesenian ini terbagi menjadi tiga yaitu karawitan sekar, karawitan gending dan karawitan sekar gending.
BACA JUGA:Angka Kemiskinan Bengkulu Turun, tapi Kok Tetap Termiskin Kedua di Sumatera?
2. Rumah Adat Limasan
Bangunan ini termasuk rumah adat Wonogiri yang dapat ditemukan di Jawa Tengah, namanya mengacu pada atap yang berbentuk limas. Rumah ini terdiri dari empat sisi dan sekilas mempunyai kemiripan dengan rumah adat Sumatera Selatan.
Namun, rumah adat ini terdiri dari beberapa macam, seperti Lawakan, Klabang Nyander, Gajah Mungkur, dan Semar Pinondhong. Biasanya, bangunan ini berasal dari material bata yang kokoh, dan keunikannya yaitu tidak dicat, tetapi tetap terlihat indah.
BACA JUGA:KRIS Berlaku Tahun Ini, Simak Daftar Penyakit yang Tidak Ditanggung BPJS Kesehatan
3. Tari Kethek Ogleng
Tari tradisional yang termasuk kesenian khas Wonogiri yang menampilkan gerak lucu kera putih yang diiringi musik gamelan riang menghentak. Tarian ini telah menjadi ikon atraksi budaya dan pariwisata. Dalam bahasa Jawa kethek berarti kera, sementara ogleng yaitu bunyi saron demung.
Bagi masyarakat Wonogiri, kethek ogleng berfungsi sebagai kesenian rakyat pasca panen, hiburan ketika pesta hajatan atau khitanan, dan lainnya.
4. Susuk Wangan
Kegiatan ini merupakan upacara adat Wonogiri bagi masyarakat Desa Setren Kecamatan Slogohimo. Upacara ini merupakan ungkapan rasa syukur ke Sang Khalik atas rezeki kehidupan lewat bumi pertiwi dan air untuk warga.
Warga mensyukuri tanah yang subur dan air melimpah, sehingga lahan pertanian subur. Hal itu menjadikan hasil bumi serta bahan makanan melimpah, sehingga warga tidak kelaparan dan terhindar dari penyakit.
Tradisi yang dilaksanakan setiap bulan Dzulhijjah, dan prosesinya digelar di objek wisata air terjun Girimanik Desa Setren Slogohimo. Dengan membersihkan saluran air dan kenduri.
BACA JUGA:10 Terdakwa Korupsi di Bengkulu Tengah Penuhi Ruang Sidang
5. Ruwatan Massal
Kultur masyarakat Jawa menganggap adanya aura buruk yang dapat menghampiri tubuh manusia, yang bisa disebabkan kelalaian manusia dan lainnya. Masyarakat melakukan prosesi pembersihan aura buruk ini dengan menggelar ruwatan.
Ruwatan merupakan sarana pagelaran wayang kulit, yang lakonnya Murwakala, serta dituturkan dalang pengruwat. Pelaksanaan adat ini bersamaan dengan prosesi Jamasan Pusaka Mangkunegaran I bertempat objek wisata Sendang Asri Waduk Gajah Mungkur.
BACA JUGA:10 Rekomendasi Wisata Seru di Wonogiri, Harga Tiket Masuk Ramah Dikantong
6. Ewuh Grubyukan
Tradisi ewuh grubyukan merupakan adat pernikahan Wonogiri yang menjadi tahapan upacara pernikahan bagi masyarakat Dharmasraya. Jadi, kegiatan dari adat ini yaitu mengiringi pengantin pria ke tempat pengantin wanita, bersama sebuah rombongan.
Masing-masing orang dari rombongan tersebut membawa uang, karena itu merupakan syarat grubyukan. Fungsi dari pelaksanaan tradisi ini yaitu membantu dana pesta pernikahan, serta tempat bertemunya muda-mudi antar masyarakat.
Nutri Septiana