Jayabaya Pernah Meramalkan Sosok Ratu Adil, Siapa Ratu Adil? Berikut Ramalannya

Senin 15-05-2023,17:45 WIB
Reporter : Tim liputan
Editor : Purnama Sakti

 

Versi Sabdo Palon 

Sunan Kalijaga dalam pupuh Kinanthi Serat Lambang Praja karya Mangunwijoyo menyatakan kehadiran Ratu Adil adalah lima ratus tahun semenjak kerajaan Demak. 

 

Ratu Adil kaping telu; Dereng kalampahan mangkin; Taksih kirang gangsal jaman; Tetepira angindaki; Saking pangandika nata; Nanging jaman wuri-wuri; Ilang kaelokanipun; Karana Sagunging jamni; Amung mbujeng kalahiran; Tan wonten nedya martapi; Ngegungakun suka-suka; Nengeaken Sangga-runggi 

 

BACA JUGA:Sepele, 10 Hal Ini Dipercaya Membawa Sial, Padahal Nomor 7 Sering Sekali Kita Lakukan

Artinya :Kurang lebih masa datangnya Ratu Adil itu, masih kurang lima jaman, sejak dinasti Demak. Hanya pada jaman itu daya tarik ke-Ratu Adilan tertutup oleh aspek kelahiran, tanpa ingat akan “lautan” daya tenaga dalam tenaga; orang lebih memilih bersenang-senang dahulu, sambil mecari kesalahan pihak lain. 

 

Pada zaman Kala Sumbaga (1901-2000) kehadiran Ratu Adil ditegaskan sebagai proses kemerdekaan Indonesia yang menjadi jembatan emas menuju keadaan damai dan makmur. 

Keadaan jaman Kala Sumbaga digambarkan sebagai negara yang terkenal ke penjuru dunia dengan penuh kebaikan. 

 

Peristiwa gerakan Ratu Adil ada dan mengakar sesuai pembelaan yang disampaikan Ir. Sukarno dalam persidangan pengadilan negeri Bandung tahun 1930 M. Ir Soekarno menyatakan : 

 

BACA JUGA:Benarkah Orang Miskin Lebih Dulu Masuk Surga Ketimbang Orang Kaya? Ini Penjelasannya

"Haraplah pikirkan tuan-tuan Hakim, apakah sebabnya rakyat senantiasa percaya dan menunggu-nunggu datangnya “Ratu Adil”, apakah sebabnya sabda Prabu Jayabaya sampai hari ini masih terus menyalakan harapan rakyat. Apakah sebabnya seringkali kita mendengar bahwa di desa ini atau di desa itu telah muncul seorang “Imam Mahdi” atau “Heru Cakra” atau turunan seorang Wali Sanga. Tak lain tak bukanlah oleh karena hati rakyat yang menangis itu, tak berhenti-hentinya, yak habis-habisnya menunggu-nunggu atau mengharap-harapkan datangnya pertolongan, sebagaimana orang yang berada dalam kegelapan tak hentihentinya pula saban jam, saban menit, saban detik, menunggu-nunggu dan mengharap-harapkan: kapan, kapankah matahari terbit. 

Kategori :